Minggu, 15 Maret 2015

resensi film cinderella

Judul film : cinderella

Produksi : Walt disney pictures

Tahun : 2015

Sinopsis : kisah dibuka oleh narator (pengisi suara kayanya sama kaya 10.000 bc) yang menceritakan kehidupan cinderella secara runut. masa kanak-kanak bersama orang tua, lalu remaja ditinggal ibu yang meninggal karena sakit (agak kurang nyaman karena tidak dijelaskan penyakitnya), cinderella yang menginjak dewasa, ayahnya menikah lagi, memiliki dua saudara tiri, ayah yang meninggal, dan dimulailah kehidupan upik abu dan sepatu kaca.

Setelah up, brave, frozen, big hero 6 yang bergulir cepat day by day. Menonton film ini (yang bergerak dengan alur lambat) agak membosankan.

Tapi Temanya seperti biasa (disney ) cukup kuat. Tentang keberanian, kebaikan dan magic (mungkin semacam lucky, percaya keberuntungan setelah berusaha)

Kalimat yang mengena dan lekat dengan zaman sekarang adalah "Jangan menikah karena keuntungan. Menikahlah karena cinta"

Nah lho, yang cintanya transaksional ini sentilan banget yang harusnya bisa mengingatkan untuk gak menikah karena materi.

Di ending juga ada kalimat " sulit menjadi diri apa adanya. Tapi berusahalah menjadi diri yang apa adanya"

Mungkin intinya jangan over acting, bersikap natural di hadapan lawan jenis. Karena kepura-puraan tak akan menghasilkan apa-apa ( contohnya dua saudara tiri yang tetap tak mampu menarik perhatian pangeran walau sudah berusaha memake over dirinya)

Secara keseluruhan, suka dengan kesan vintage yang ditampilkan. Interior eksteriornya pas, fashion adik dan ibu tirinya terbilang wah di dongeng tersebut.

Yang mengherankan kenapa cinderella hanya memiliki satu model baju dengan warna yang sama (ini agak menganggu karena ayahnya bukanlah pedagang miskin)

Suka dengan disney yang menaruh pengawal kulit hitam disini ( jadi dongeng tak terasa hanya milik kulit putih). Lanjutkan!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar