Kita semua tahu bagaimana bisnis perbukuan Indonesia yang kalah pamor dengan wisata kuliner, film bioskop ataupun window shopping. Itu kenyataannya, bahwa masyarakat Indonesia masih kekurangan minat baca biarpun gadget ditangan sudah yang keluaran mutakhir.
Minimnya minat baca pastinya berimbas banyak pada lesunya penjualan buku-buku yang beredar akibatnya banyak penerbit kecil yang gulung tikar. Mungkin ada sebagian kecil buku yang masuk kategori best seller seperti laskar pelangi dan ayat-ayat cinta. Namun buku-buku dengan angka penjualan fantastis umumnya karena kebaruan tema dan promo yang gencar dari penerbit.
Lalu bagaimana jika sebuah penerbit baru ingin menyemai jalan sukses seperti yang di hasilkan penerbit-penerbit besar ? pastinya butuh inovasi baik dalam hal kebaruan ide buku dan konsep marketing yang tak lagi door to door dari satu toko buku ke toko buku lain. Dan ini bisa ditunjukkan leutika.
Ia tahu bagaimana masyarakat luas tengah dilanda demam facebook, sebuah jejaring sosial yang mempertemukan banyak teman. Leutika masuk diantara para pengguna, menjadi sesuatu yang menyegarkan. Diantara kejenuhan orang membaca teks status yang kadang tidak jelas.
Begitulah perkenalan tak sengaja yang saya alami, ketika melihat dinding facebook teman yang lagi ikutan lomba foto emak-emak fesbuker. Meng-add panitianya dan melihat notes lomba yang sering di adakan leutika. Bagaimana ia menjaring penulis lewat event seperti lomba cipta karya inspiratif yang kemudian di terbitkan dalam bentuk buku berjudul titik balik !. buku antologi yang mirip chicken soup tersebut punya kebaruan konsep ditengah ide antologi buku yang masih minim waktu itu.
Berikutnya lomba weekly notes, opick inspirasiku, foto fiction dan lain-lain. Syarat pengiriman menyalin info lomba dan promo buku ke notes pribadi lalu menyebarkannya ke teman. Sebuah ide brilian dalam mengenalkan penerbit pada penulis dan pembacanya.
Para creator pendiri leutika sepertinya paham selera pasar sehingga mampu mencarikan tema yang unik untuk di garap penulis online, baru setelah itu ditawarkan ke pembaca yang ketika melihat cover buku dan sedikit deskripsinya langsung tertarik memesan
Tak perlu repot melangkah ke toko buku, cukup pesan melalui sms dan inbox kemudian transfer dan buku anda langsung dikirim. Sebuah cara sederhana yang membuat orang tak sempat berkata “ah lain kali aja ke toko bukunya, mending uangnya buat jajan dulu “
Kreasi tak berhenti di situ, leutika terus menggelontorkan ide penulisan untuk memacu penulis berkarya dan membuat terobosan dengan mendirikan leutika prio. Sebuah penerbit indie yang membantu penulis pemula menerbitkan buku berbiaya rendah.
Untuk marketingnya leutika berbeda dari penerbit besar, yang biasanya mereka melakukan bedah buku dan mendatangkan pembicara, leutika tidak. Cukup dengan program paket hemat bebas ongkir, mitel, dan yang paling baru hadirkan leutika ditengah bisnis anda leutika mampu menggenjot angka penjualan agar terus bergerak sehingga tak mati suri seperti penernit lainnya
Jika semangat untuk berkembang terus dipertahankan, tak diragukan lagi leutika akan mampu duduk sama rata dengan para penerbit senior yang pernah menjual buku jutaan ekslemplar.
Intinya berpegang pada strategi ke 11 dari apa yang tertulis di buku 12 strategi cina karangan wee chou hou, lan luh luh
“Dalam bisnis, seseorang jarang sekali mengandalkan strategi tunggal. Suatu strategi perseroan dikembangkan dengan menggunakan kombinasi beberapa strategi lain. Mencakup rencana keuangan, pemasaran, penelitian, pengembangan, produksi, pengembangan SDM dan seterusnya. Berinovasilah dan ciptakanlah kelebihan-kelebihan”