Tadinya saya nggak ingin nulis ini, tapi 9 tahun tinggal di
medan dan membandingkan kota ini dengan kota asal saya jakarta + kota asal
suami surabaya + kota tempat bapak saya tinggal semarang = saya mulai gerah dan
ingin menguraikan alasan saya golput
- ruko dan mall tak dikendalikan sehingga ledakan ruko dan
mall tak terbendung di medan
- kalau di dunia ada peringkat kepadatan penduduk tertinggi.
Maka jika di indonesia ada kepadatan papan iklan terbanyak, medan mungkin jadi pemegang
rekornya.
- sebagai segitiga indonesia yang diapit malaysia dan
singapur, tata kotanya tak mampu bersaing ( Andai bisa di pindah, lebih layak
surabaya yang ada di wilayah ini)
- banyak bangunan bersejarah atau kuno yang gampang dialih
fungsikan. Contohnya ruko dan bangunan tua disekitar medan mall dan kesawan.
- kesenjangan sosialnya tinggi, cukup dilihat dari
orang-orang yang berkeliaran dijalan.
- pemerintah tak hadir untuk anak jalanan (saya kerap kali
melihat anak-anak dibawah umur yang memar dan seperti preman saat meminta-minta
disekitar amplas)
- institusi pendidikan menjamur, namun tak diimbangi dengan
industrinya sehingga banyak lulusan menganggur
- tak ada lajur untuk pejalan kaki alias trotoar yang nyaman
kecuali di jantung kota dekat kantor gubsu
- saya nggak tahu sila ke 5 dari pancasila apa masih berlaku
dikota ini. Karena kerap kali pengemudi kendaraan diperlakukan tak adil saat
pejabat lewat. (padahal jalan raya ada karena rakyat membayar pajak)
- dijakarta, kampung pulo yang punya historis dibiarkan
tergusur untuk pelebaran Sungai. Sementara Sungai purba di medan lebih banyak
di uruk untuk perumahan seperti palazzo, j city, condominium city view depan
CBD, dan menyusul medan resort city (mercy)
- waktu tinggal di jakarta saya nggak tahu apa itu ormas,
pas disini baru ngeh dan paham bagaimana struktur ormas dan fungsinya.
Bagaimana sdm yang mereka kelola
- di jakarta saya inget dulu trayek metromini t52 kampung
melayu - cipinang, lalu ketika m31 lewat cipinang. Trayek t52 berubah menjadi
kampung melayu - pondok kopi.
Di medan, angkot dibiarkan menumpuk dengan trayek yang sama.
Sehingga supir yang kembang kempis mendapatkan penumpang
- mall menjamur mengalahkan taman kota yang bisa dimasuki
semua kelas