Jumat, 16 Februari 2018

investasi murah emak hebat

Malem ini banyak yang pengen saya obrolin, dari KPR sampe ini. kenapa investasi ? musababnya kemarin, WA teman yang pengen pinjem uang. Lalu kenalan yang datang mau pinjam uang dengan menggadai sertifikat rumahnya dan satu dua teman yang mendadak menghilang dari kumpul-kumpul karena masih ada pinjaman di teman lainnya.

Kadang saya masih merasa aneh dengan isu pinjam meminjam, terutama mereka yang meminjam kebanyakan BLINK dalam media social. Mereka yang selalu memperhatikan penampilan dan pemuja eksistensi. Mereka muncul di medsos, di spot foto tempat-tempat berbayar dan selalu fashionable.

Mereka umumnya para ibu kaum urban, percaya diri dengan karir suami dan prestasi anak dan berpendidikan.

Whats wrong with the world ? teringat temen anak saya yang emaknya buka warung sayur, ada juga emaknya yang dagang sunlight buatan sendiri dan temen-temen yang asli kaya tapi ga norak. Mereka yang jarang atau malah nggak pernah sama sekali muncul di medsos tapi mandiri secara keuangan. Mereka yang hidup normal seperti saya, ada uang hanya untuk pendidikan, hangout bareng keluarga sesekali dan keperluan mendadak seperti sakit  (bukan memboroskan uang untuk pencitraan)

Mereka yang memanage uangnya dengan baik sehingga tak menggelisahkan suami dengan tuntutan yang maha besar.

kadang saya berpikir apa para perempuan yang terjerat gaya hidup hedon lalu mengakrabi retenir tidak takut suatu hari benar-benar mencapai klimaksnya ?

“nggak ada emas yang bisa dijual ?” itu pertanyaan saya ketika kemarin si kenalan datang. jawabannya tidak ada

“BPKB motor ?” jawabannya sama, gelengan. Mungkin sudah tergadai lebih dulu.
Bu ibu, dunia ini dikejar nggak akan pernah ada habisnya. Terutama eksistensi, semuanya fana. Orang tua saya dulu ngalamin, jaman mereka jaya. Temen beli video, ikut beli video. Temen beli hiasan bunga benang kenur yang nyala, ibu ikut beli. Terus seperti itu.

Sampai surah ali imran ayat 140 dan 152 menghampiri. Kejayaan dan kekalahan itu kami gilirkan diantara manusia.

Apa yang terjadi ? bapak saya pensiun, orang tua berada dibawah. Hal-hal dunia yang dulu dikejar dan membuat terengah-engah sudah tidak bisa lagi dijangkau. Itu menjadi pelajaran buat saya untuk mawas diri.
Caranya, berinvestasi. Tidak menghamburkan penghasilan saya, suami dan anak-anak dengan sesuka hati.

Suami saya sales mobil yang terengah-engah mencari prospek, saya penulis yang royaltinya tak seberapa, si sulung kadang menerima service computer dan jual follower yang penghasilannya untuk dirinya sendiri, begitu juga adiknya yang pedagang slime dan aksesories disekolah penghasilannya untuk dia sendiri.

Jangan bayangkan investasi yang tinggi-tinggi. Investasi seharga baju syari yang ibu kenakan juga ada lho.

- Mulailah kredit emas di Pegadaian atau BSM

Emas asset yang mudah dijual jika ada kebutuhan penting. Saya sendiri juga pelanggan kredit emas. Biasa emas saya beli lalu kumpulkan. 2015 saya jual ke antam untuk membeli sepeda motor. 2016 untuk menambah DP mobil. Tahun lalu saya gunakan untuk renovasi rumah yang kusennya sudah rusak parah.

Kelihatannya sepele, tapi investasi emas yang paling terjangkau dan mudah dijual belikan jika ada kebutuhan mendadak.

- Tanah kavlingan

Di Indonesia banyak kreditan tanah kavlingan. Terutama daerah bekasi dan bogor. Dari kavling kosong sampai kavling kebun kurma dan durian.
Kalau punya lebih dari cicilan emas, bisa juga diinvestasikan ke tanah kavlingan.

Ini sekedar cerita ; teman anak saya ada yang ibunya kemana-mana selalu dasteran, sepeda motornya bebek yang awal 2000, kerjanya jualan sunligt buatan sendiri seharga goceng per botol, tapi mampu membayar kreditan dua tanah kavling yang sekavlingnya delapan ratus ribuan. Subhanallah banget kan, punya temen yang ngajarin saya untuk hidup apa adanya dan nggak terjebak gaya hidup hedon.

Saya sendiri sebenernya pengen beli tanah kavling, Cuma itu nggak berminat kredit tanah kavlingan dirantau. Pengennya di kota tempat suami pensiun nanti, tapi belum tahu nih mau pensiun dimana. masih nimbang antara jogja atau jonggol.

-Waralaba minuman atau makanan cemilan

di jaman gofood dan banyak orang-orang butuh makanan minuman siap saji. Waralaba makanan atau minuman patut dipertimbangkan.

Apapun makanan minuman yang dijual melalui aplikasi, rasanya selalu saja ada yang membeli.

Seperti contoh aneka bubur di pasar dekat rumah saya. pemiliknya bercerita membuka empat cabang, menjualnya di aplikasi gofood dan selalu habis sebelum jam sepuluh malam.
Jumlah pembeli lebih banyak yang lewat aplikasi daripada datang langsung seperti saya.

Padahal harga membeli langsung hanya lima ribu per gelas sementara lewat aplikasi delapan ribu. Selisih tiga ribu dan pengguna aplikasi tetap membelinya. Masya allah, jaman sekarang orang bener-bener males masak sama keluar

Saya sendiri ngebet usaha lodeh semarang ama opor ayam Surabaya (tetangga bilang enak dan beda ama masakan medan ) tapi sayangnya belum ada ijin suami. Maklum dia khawatir saya kecapaian, secara saya anter jemput anak sama masak dan beberes rumah sendiri. jadi belum bisa investasi yang satu ini. tapi someday, saya pasti buka usaha kuliner (mungkin pas suami pensiun nanti)

Jadi bu ibu, jangan hanyut atau tenggelam hanya untuk mendandani diri. lalu menghabiskan uang untuk sekedar beli pernak pernik yang nggak perlu. Mulai nabung, investasi, biar kalau ada keperluan mendadak nggak pusing cari pinjaman atau terjerat rentenir.

Cukup gadai emas sendiri atau jual tanah kavlingan. Kalau punya usaha minuman atau makanan malah lebih bagus, jadi ada pemasukan harian. Pokoknya jangan ngejer dunia, capek sendiri, susah sendiri. lihat tuh koruptor contohnya.



Tips Memilih KPR

Sebenarnya nggak pernah kepikir mau sharing beginian di blog. Cuma kayanya pengalaman pribadi beli jual rumah terus beli lagi bisa jadi masukan buat emak-emak blogger yang pengen beli rumah secara KPR ataupun cash.
Tahun 2000 waktu awal nikah kami berdua tuh sama-sama kerja, kepikir beli rumah. tapi karena budget waktu itu terbatas, akhirnya milih over kredit dari temen yang Cuma 14juta rupiah.
Waktu itu masih ada sisa angsuran 10 tahun di bank BTN yang punya system pembayaran extra payment (ngebom kapan aja) sehingga bisa lunas lebih cepet (6 tahun)
Sayangnya, rumah over kredit biasanya nggak ditempatin pemilik pertamanya. Jadi pas kami masuk, perlu perbaikan sana sini yang ujung-ujungnya butuh dana lebih besar dari beli rumah baru ( Lima tahun kami tempati, plafon, lantai, dan kusen diganti total)
tahun ke 7 kami menempati rumah pertama, suami dipindahkan ke medan. kunci rumah kami titip tetangga jika sewaktu-waktu ada saudara ingin numpang menginap (jadi pelajaran nih, don’t trus your neighbor).
Tiga tahun kosong, tetangga cerita dapur kami rubuh dan lebih baik dijual. Kami pikir, ya sudahlah daripada renovasi sementara kami juga masih mengontrak di medan.
Kami yang tidak tahu harga pasaran rumah dan tidak sadar kalau tetangga ini sejenis makelar menjual rumah dengan harga murah. Waktu akan akad jual beli, ternyata rumah masih bagus dan dapur belum rubuh (sadness banget, tahu kalau dikhianati tetangga sendiri).
Akhirnya, dengan berat hati kami menjual rumah yang menjadi saksi sejarah awal kami memulai kehidupan pernikahan. Uangnya waktu itu kami jadikan DP rumah disini.
Dari pengalaman over kredit yang harus renovasi banyak, kami jadi terpikir membeli rumah baru. Bodohnya saya, asal menerima bank yang ditawarkan developer yaitu bank Mandiri.
Catetan : bank diluar syariah, bunganya nggak flat. Dan bank non syariah yang bisa extra payment, Cuma BTN (lainnya refinancing : hanya boleh mengebom satu kali kemudian pelunasan)
Rumah KPR baru, bunga hanya tiga tahun 8% setelah itu 11%. dengan ketentuan hanya boleh mengebom satu kali (refinancing) dan kualitas rumah KPR baik over kredit atau baru yang nggak jauh beda, sama-sama butuh renovasi dan satu dinding dengan tetangga (bukan doble tembok)
Catetan :
KPR itu lebih banyak ruginya kalau bukan bank syariah (bunga flat) atau BTN (extra payment))
Kualitas bangunan masal sama sekali merugikan customer
Harga yang dibayar untuk membeli satu rumah pada kenyataannya, satu dinding dua rumah
Terutama rumah subsidi, harga yang dibayar kadang tidak sesuai.
Coba saja cek harga tanah diwilayah rumah subsidi lalu tambah dengan biaya pembangunan unitnya. Ditotal mestinya separuh harga rumah subsidi yang dipasarkan (kementrian perumahan mestinya punya audit untuk ini biar tidak ada developer nakal)
Dan jeleknya perumahan sekarang, rangka atap dari alumunium yang jika sudutnya salah bisa menyebabkan bocor. Untuk mengatasi perlu perombakan total (berbeda dengan kayu yang tinggal potong tambah sana sini)
Kusen juga kadang ditanam sehingga lebih cepat dimakan rayap (padahal kusen harusnya disangga semen agar tahan lama).
Kayu kusen pada perumahan sekarang lebih banyak cendana yang KW 3 sehingga hanya tahan kurang dari dua tahun
Alhasil beli perumahan itu Cuma jadi sesalan daripada kebahagiaan

Balik ke rumah yang saya tempati sekarang, ini tahun ke tujuh kami menempati. kusen sudah habis dimakan rayap, sudah diganti, sudah cukup banyak renovasi termasuk kamar mandi yang lantainya amblas dan plafon yang ngembang (perumahan sekarang plafonnya jarang yang menggunakan triplek, lebih banyak gypsum yang punya umur lebih pendek atau masih bisa dipakai tapi ngembang)
Menyesal ? iya !. pengalaman beli KPR dua kali tuh jadi pelajaran.
Jangan over kredit kalau nggak mau ribet alih kredit atau renovasi besar-besaran
Jangan KPR unit baru kalau kualitas bangunan sama Bank-nya nggak sesuai
Akan lebih baik, budget DP rumah baru dibelikan tanah yang murah-murah (di pinggiran kota gitu)
Kenapa nggak milih apartemen yang lagi trend ? apartemen itu bukan rumah tumbuh dan Hak Guna Bangunan doang. Bukan Sertifikat Hak Milik kaya rumah yang bisa diwarisin ke anak cucu.

Ini mungkin akan jadi rumah KPR kami yang terakhir. Kalaupun dipindah dinas ke kota lain, kami nggak ada rencana beli rumah KPR lagi. pas pensiun juga nggak.

Entah kalau dapet rumah hook murah, deret paling depan komplek dan bisa dibuat grosiran (mungkin akan kami pertimbangkan)
Tapi emang dipikir-pikir, DP rumah kelas menengah (yang non subsidi) lebih untung dibeliin tanah. Sertifikatnya tinggal jaminin ke bank untuk bangun. bunga nggak anuitas kaya KPR dan jangka waktu bisa tiga tahun.
Bentuk bangunan juga bisa sesuai selera yang kalau kita nggak punya uang, tinggal dijadiin stay cation yang lagi trend sekarang ini (mayan kan, jadi mesin uang)
Jadi buat yang mau KPR atau beli rumah, teliti benar kualitas bangunan perumahannya, pilih dengan baik Banknya, dan kalaupun punya budget lebih dari tiga puluh persen DP rumah akan lebih baik cari tanah yang murah-murah bangun sendiri biar nggak kejerat metode anuitas kaya saya sekarang (nyesel bo)

Minggu, 04 Februari 2018

Behind the book Hewan Bukan Mainan

Awalnya nggak kepikir nulis buku anak lagi. Tapi mendadak terbersit ide nulis buku ini dua tahun lalu.
Gara-garanya nggak tega lihat hewan-hewan warna warni yang dijual depan sekolah anak




Yakin deh, dari ayam teletubies, keong hello kitty sampe cupang aduan banyak yang beli.

Warnanya aja dibikin segonjreng mungkin yang bikin anak gue ikutin ngerayu "ayo ma beliin "

Kalo udh dibeli dijamin jarang ada yang berumur panjang karena cuma buat mainan.

Nah buku cerita ini dibuat untuk mengedukasi anak-anak agar nggak menjadikan hewan sekedar mainan