Semua
orang bisa memilah agama apapun untuk dikambing hitamkan. Mudah, terutama
jelang pemilu presiden. Siapapun, dari agama manapun bisa diarahkan untuk
menjadi teroris.
Menjadikan manusia Indonesia teroris
bukanlah pekerjaan sulit. tinggal pilih.
Prasyarat yang paling utama bakal calon
teroris adalah mereka pernah mengenyam bangku sekolah (Sekolah Menengah atau
minimal bangku Sekolah Dasar)
Kenapa harus mengenyam bangku
sekolah ? jawabannya sederhana. Tapi tak sesederhana bobot materi pendidikan
kita.
Jelasnya, mereka yang pernah
mengenyam bangku sekolah terlatih dengan system pendidikan serupa robot. Menerima
dengan pasrah semua kurikulum yang dijejalkan. Kurikulum yang mengasah IQ dan
menumpulkan ESQ.
Hasilnya kita terlatih di
doktrin. Kita tak terasah dengan nalar dan evaluasi. Baik buruh salah
benar. puas tidak puas. Kurang, cukup
atau lebih.
Beruntungnya saya sebagai anak Indonesia
yang bodoh, naik percobaan dikelas lima dan menjadi bulan-bulanan wali kelas
karena kebodohannya. Saya masih punya nalar, memilah sendiri apa yang ingin dipelajari.
Pernah bergabung dengan ormas
terlarang, namun menarik diri begitu tahu niat mereka untuk mendirikan negara
khilafah (saya lebih tertarik mengaplikasikan Piagam Madinah di negara multi
etnis ini)
Memilih untuk terus belajar dan
bertumbuh hingga hari ini.
Mengabaikan bahwa mungkin lulusan SMA
harusnya pasrah dengan keadaan (cukup jadi ibu rumah tangga saja, atau kalau
mau yang kekinian jadi kelas menengah kaget pergaulan)
Saya beruntung, saya bukan salah
satu robot terdidik hasil kurikulum pendidikan kita. saya manusia yang masih ingin tahu seberapa
limit tangguhnya.
tapi diluar sana. mereka yang lulus SD,
SMP, SMA, SMK. Mereka yang masih menganggur, kesulitan mendapatkan pekerjaan,
terhimpit desakan orang tua untuk mandiri, atau tuntutan sebagai kepala
keluarga. Apa yang bisa mereka lakukan ?
System pendidikan mengamputasi
kreatifitas, kemampuan berkembang, kemampuan bertumbuh. System pendidikan
menjadikan manusia Indonesia mudah di doktrin hal-hal sesat (ISIS, dll)
System Indonesia memperdaya, menjadikan
mereka yang masih menganggur dan kesulitan ekonomi dilanda kegalauan sementara
kaum hedon mengepung. System Indonesia menjadikan mereka yang minim kemampuan
beradaptasi dengan perubahan kehilangan akal dan mengambil pilihan untuk syahid
(atas nama negara yang tak lagi menjadi ibu bagi warganya)