Sabtu, 25 Mei 2019

Demo tak menghasilkan apapun

Mei 1998 saya masih bekerja di AUTO 2000 Bekasi Timur ketika kerusuhan pecah. Karyawan diijinkan pulang, tak ada angkutan, saya dan beberapa teman mencari tumpangan yang berhenti di bekasi barat. Menyaksikan orang-orang menjarah, membakar kendaraan dan berbuat kerusakan hingga sebagian besar warga meletakkan sajadah di pagar rumah mereka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

                Jumat, 24 Mei 2019 saya ke siloam dirgantara medan. mengantar suami yang sakit dan melihat demonstran yang berkerumun di depan lippo mall. Melihat karyawan di muka bank niaga imam bonjol kesulitan mencari angkutan pulang. dan saya, suami serta dua anak saya harus berjalan kaki agak jauh dari depan rumah sakit untuk menumpang transportasi online.
                


Yang memprihatinkan ketika anak-anak saya bertanya ini akan berakhir seperti apa, saya seperti dikembalikan ke masa lalu dan melihat bahwa setelah bertahun usaha penggulingan penguasa tak menghasilkan apapun kecuali pergantian dinasti.

                Karena negara ini dimata saya bukanlah negara demokrasi. Sebagian SDM partai direkrut berdasarkan hubungan keluarga, public figure atau asset yang perorangan miliki untuk keberlangsungan partai.


                Kita ambil contoh lima partai ( dinasti ) peserta pemilu 2019

1.       PDIP
Ketua Umum : Megawati Soekarno putri
Putri : Puan Maharani (Menteri kordinator bidang pembangunan manusia & kebudayaan Republik Indonesia)

2.       Gerindra
Ketua Umum : Prabowo Subianto
Wakil ketua dewan pembina partai : Hashim Djojohadikusumo
Keponakan    : Rahayu Saraswati (Ketua bidang advokasi perempuan)

3.       Partai Demokrat
Ketua  umum : Susilo Bambang Yudhoyono
Ketua fraksi di DPR : Edhie Baskoro Yudhoyono

4.       Nasdem
Ketua umum : Surya Paloh
Putra    : Prananda Surya Paloh ( anggota DPR RI periode 2014- 2019)

5.       Partai berkarya
Ketua Umum : Hutomo Mandala Putra
Kakak   : Titiek Soeharto ( Caleg Dapil DIY dari Partai Berkarya)


Partai dengan SDM Public Figure (Popularitas tanpa kompetensi)

1.       Partai Gerindra mengusung Mulan Jameela
2.       Partai Perindo mengusung Angel lelga
3.       Partai PDIP mengusung Krisdayanti
4.       Partai Nasdem mengusung Nafa Urbach, della puspita, anni s bahar, five vi , manohara

Penggulingan penguasa hanya menghasilkan penguasa baru. Dengan mesin partai yang SDM-nya sebagian direkruit tanpa kualifikasi yang mumpuni. Hasilnya mungkin akan sama seperti 21 tahun yang saya alami setelah tragedy 1998.

Kepemimpinan berubah tapi cita-cita masyarakat adil makmur makin jauh panggang dari api.

Contoh nyata :
-    
      - Bunga KPR yang lebih tinggi dari negara maju sekalipun (di amerika dibawah 5 % dan malaysia dibawah 8%)

-    -      Pajak bonus akhir tahun  karyawan yang mencapai 35% ( disama rata untuk semua posisi jabatan  tanpa mempertimbangkan BI Checking apakah masih memiliki tanggungan)

-   -       Pajak resto yang menjadi kewajiban customer (sementara di amerika customer berhak menolak. Dan di Malaysia tax 6% hanya untuk makan dibandara. Bukan diresto umum)

-   -       Kredit offline dan online merajalela dan menjerat masyarakat sementara negara tak menyediakan financial konsultan untuk masyarakat agar dapat memiliki hak tawar pengurangan bunga sehingga bisa melunasi hutang

-         - Tarif tiket bawah penerbangan kelas ekonomi yang merugikan masyarakat (tarif penerbangan kita tertinggi dibanding Malaysia atau singapur untuk kelas ekonomi)

-          -Harga bahan kebutuhan pokok tak pernah stabil

-          -Harga ikan laut lebih mahal daripada ayam (padahal negara kita negara bahari)

-          -Tambahkan sendiri apalagi yang menurut anda perlu dibenahi


Pembenahan tak bisa terjadi hanya dengan mengganti penguasa (kefanatikan semu pada perorangan ) dibawah calon ada partai koalisi yang harus anda lihat apakah memiliki track record bagus, korupsi atau memiliki SDM non qualified ?

       Demo mungkin menghasilkan penguasa baru, namun dibawah penguasa ada mesin partai koalisi yang pasti memiliki banyak tuntutan (tanya diri pernahkah melihat oposisi yang menjadi pemerintah ? bagaimana mereka di pemerintah ? cukup puaskah anda dengan kinerjanya ?)

     Saya bukan penentang demo, massa sebanyak sekarang adalah berkah jika itu tidak ditujukan untuk pergantian kekuasaan dengan jalur anarki.

       Masa sekarang atau mendatang (setahun sekali juga boleh ) harus ada untuk menyerukan tiga tuntutan rakyat (TRITURA)

      Setiap tahun evaluasi negara ini, ajukan tiga tuntutan. Jangan menjadi mesin penguasa manapun. Demo boleh ada, tapi untuk memperjuangkan adil makmur seperti yang kita cita-citakan. Dimulai dari mana, pikirkan sendiri tuntutan apa yang harus diperjuangkan sekarang ini.


    Kalau saya sebagai ibu rumah tangga, saya ingin tiga hal ini
-        
-   -Kepastian bahwa harga bahan pokok stabil dan tak akan naik terlalu tajam seperti awal puasa (penyesuaian harga pangan)

-         - Harga hasil laut yang terjangkau rakyat menengah ke bawah
-     
-     -Penghapusan batas tarif bawah tiket penerbangan kelas ekonomi



Selasa, 21 Mei 2019

98/2019

Sejarah berulang
Posisi dibalik

Korban menjadi pencetus
Ketidak puasaan semu
Pemanfaatan kefanatikan,
Orang muda  tanpa pendirian

Bukan agama (karena Tuhan tidak ada dihati orang yang menjual agama)
Bahkan diantara dua yang bertarung dan seolah dekat dengan-Nya


Menunggu hasil

Klimaks adu kekuatan
Lemparan batu
Melawan
Senjata abdi negara

Siapa menguji kesabaran siapa
Siapa yang akan menjadi korban

Siapa yang akan memenangkan masa
Dan mengubah hasil menjadi terbalik


Tanya tuhan

Siapa yang meragukan takdir ?

Bahkan jika kecurangan itu ada. Itu juga dibawah kuasa-Mu bukan ?



Tanya diri

Terlalu berambisi ?
Menginginkan tanpa berbuat sebelumnya

Atau menginginkan tapi meninggalkan yang belum diselesaikan

Teladan ?

Menciptakan drama seolah pasangan
Walau bukan pasangan

Oposisi ?

- tanya tiket pesawat mahal
- harga ikan laut mengalahkan ayam
- harga cabe bawang diawal puasa mencapai 100rb/kilo
- kenapa bunga kpr indonesia lebih tinggi dari negara maju sekalipun
-tax/service resto di indonesia menjadi kewajiban yang harus dibayar customer
- tambahkan sendiri apa lagi yang mewakili rakyat

Minggu, 19 Mei 2019

Negativ Viral (Stupid Vibes)



Kemajuan teknologi itu KEREN, orang jadi nggak perlu repot nyari televisi untuk nonton berita. Cukup dengan smartphone, tiap orang yang melek internet tinggal nyari kanal berita favorit dan buka.

                Kemajuan teknologi WOW, yang tadinya butuh janjian untuk ngobrol bareng temen. Dijaman teknologi kita tinggal buka aplikasi media social dan ha ha hihi. (yakin haha hihi, nggak jadi stalker ?}

                Teknologi itu SESUATU, yang menurut saya kaya bilah pedang. Kalau nggak disikapi dengan bijaksana kita bakal menyerap banyak tanpa menyaring yang benar-benar diperlukan.

                Apa sih yang dibutuhkan ? ilmu pengetahuan yang bisa ditemuin dari google play book atau I library, music bagus dari google play music, tutorial masak atau ketrampilan origami di youtube, artikel berita kesuksesan atlet atau public figure yang bisa jadi panutan dan lain sebagainya yang bisa menularkan ENERGY POSITIF.

                Dan sekarang ini yang menjadi keprihatinan saya adalah, NEGATIF VIBES (yang diviralkan)  dan  tanpa sadar masuk ke system tubuh kita, meracuni kita dan menularkan energy negative

                Apa saja contohnya ;

-          Bullying yang disengaja pada seseorang atau sesuatu untuk tujuan mendapat publikasi viral
-          Ribut-ribut di medsos
-          Riya atau pamer kekayaan
-          Berita kriminalitas dan perdagangan wanita yang over publikasi (dibanding berita pelaku korupsi)
-          Trans gender yang terus-terusan diliput
-          Sisanya silakan isi sendiri

Pelaku viral, akun ghosip dan media adalah idiot yang ( menurut saya) mencari keuntungan dalam memviralkan sesuatu yang negative

Bertindak tanpa berpikir dampak yang akan ditimbulkan, ditiru atau menjadikan orang yang membaca paranoid. 

Hal lainnya pembaca bisa saja berpikir untuk mendapatkan kepopuleran instant dari prank, ribut-ribut atau riya

Atau mencari kekayaan instan dari menjual diri demi tampil wah di media sosial

Dilanda takut membaca berita mutilasi, penculikan atau kekerasan (dampak berikutnya stress atau paranoid)

Saya nggak tahu menteri revolusi mentalnya kemana, tapi hal-hal negative seperti itu tidak seharusnya di viralkan. Memviralkan yang baik akan lebih bermanfaat untuk orang lain yang membacanya.

Viral kebaikan juga membuat mental kita terpacu untuk melakukan hal baik seperti yang dicontohkan. Kebaikan yang bisa kita perlihatkan pada negara lain. bahwa Indonesia, bukan hanya berisi orang-orang tak bertanggung jawab (yang memanfaatkan internet untuk melumrahkan/ mempopulerkan  hal buruk & menyebarkan hoax)

Notes : tulisan ini dibuat karena resah waktu  nonton youtube ria ricis yang memasukkan trans gender ke kamarnya (apa demi subscribe dan like banyak di youtube, bukan muhrim bisa masuk ke kamar perempuan muslim ?)