Jumat, 30 Agustus 2019

Orang pintar, air putih dan mitos sehat instan

                Tulisan ini sudah sejak lama ingin saya tulis. Mungkin sejak suami terkena serangan jantung, lalu menyusul frozen shoulder. Silih berganti dengan anak sulung yang dua kali operasi gigi dan harus menjalani rawat inap.



                Saya yang tinggal sebagai perantau di kota orang (dan tak punya sanak saudara) menyikapnya dengan biasa. Bukan sebagai keluhan atau pertanyaan kenapa suami saya atau anak saya diberi sakit.



                Ujian hanyalah bahasa manusia. berkah kebaikan dan kesulitan juga penamaan manusia. Saya tidak pernah menganggap ini ujian atau kesulitan. Senang susah, sehat sakit adalah jalan kita mendekat pada Allah, menguji sabar dan memaknai semuanya dengan positif.

                Allah memberi suami saya berkah materi untuk mencukupi kebutuhan hidup kami, memberi saya dua anak yang mau belajar tentang akhlak baik, memberi saya keluarga yang saling menguatkan. Yang mampu menjadi dewasa ketika salah satu dari kami masuk rumah sakit.

                Ayah masuk ICU, kiki yang menjaga dirumah sakit. Saya yang mengurus rumah dan adiknya

                Saya masuk rumah sakit, rara menjaga saya dirumah sakit. Ayahnya kerja, kiki mengurus rumah.

                Kiki sakit, ayahnya kerja. saya dan rara menjaga siang hari dan malam ganti ayahnya.
               
                Kami berusaha untuk bisa menghandle semua sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Tidak menyusahkan sekitar dan merepotkan orang lain. Cukuplah mereka mendoakan atau menjenguk saja. Itu saja, dan semua bisa kami atasi.

                Hanya saja…sesuatu yang tercetus dari  kenalan kami membuat saya ingin menuliskan ini.

                “Mama rara, coba ke orang pinter. Minta dibacain sama dikasih air putih. Biar nggak sering masuk rumah sakit. mungkin sakitnya ada apa-apa”

                Astagfirullah, sejak Bapak saya dulu menganut Islam kejawen hingga ia berpindah menjadi jamaah NU , saya tak pernah percaya dengan yang namanya sirik (meminta kepada selain Allah)

                Saya percaya, Allah itu di kalbu. Tidak perlu jembatan ‘orang pintar’ untuk berdoa dan meminta. Dan kufur lah saya jika sesekali diberi sakit, lalu tamak ingin meminta sehat terus.

                Saya manusia, diberi akal dan kalbu bukan untuk jadi tersesat. atau menyesatkan diri. Kalau mendadak dalam dekripsi manusia lain itu dianggap kesulitan yang beruntun. Bagi saya sebaliknya, itu nikmat dalam bentuk lain.

                Nikmat yang insya allah bisa menghapus dosa dan khilaf saya selama hidup ‘Tiada seorang mu’min yang ditimpa oleh lelah atau penyakit atau risau fikiran atau sedih hati, sampaipun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penebus dosanya oleh Allah’ (HR. Bukhari – Muslim)
               
                Keyakinan bukanlah formalitas, keyakinan harusnya tak memiliki keraguan, keyakinan dengan keraguan hanya menghasilkan keimanan yang buta pemahaman. Kenali Allah dengan hati dan rasakan cintanya dalam versi apapun, bukan versi yang kamu inginkan atau harapan.

                Karena ‘Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui’ (QS. Al Baqarah : 216)


Minggu, 14 Juli 2019

Darurat penambahan PTN

Ini hal yang menurut saya penting dan ingin saya tulis sejak mendengar temennya kiki (anak saya) ikut SBM PTN dan ujian tertulis UGM di USU yang hasilnya gagal semua (uang pendaftaran yang jumlahnya tak kecil dengan pengharapan yang besar, dan hasil yang tak memuaskan)

Dari sana saya langsung ingin tahu berapa jumlah PTN di Indonesia. Yang dari hasil penelusuran menyebutkan terdapat 122 PTN  (sumber :  https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/05/05/berapa-jumlah-perguruan-tinggi-di-indonesia )

Dari 122, ada 85 universitas yang bergabung dalam SBMPTN tahun 2019. Jumlah peserta yang mendaftar terhitung 714. 652 orang  (sumber :   https://makassar.tribunnews.com/2019/06/25/714652-peserta-daftar-sbmptn-2019-85-ptn-sediakan-kuota-40-552614-peserta-dipastikan-gagal )

Dengan  jumlah  peserta yang dinyatakan lulus sebanyak 168.742 ( sumber : https://belmawa.ristekdikti.go.id/2019/07/09/pengumuman-hasil-seleksi-jalur-sbmptn-2019/ )
Artinya ada  sekitar 26% saja yang diterima di PTN dari keseluruhan pendaftar yang membayar biaya SBMPTN sebesar 200.000,- / per orang.

200.000 hangus. Namun sebagian lulusan baru masih ingin mencoba peruntungan kembali dengan mengikuti Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMMPTN) dengan biaya sekitar 300.000/ orang  (sumber : http://smmptnbarat.id/informasi-umum.html )

Saya tidak tahu berapa jumlah keseluruhan peserta UTUL PTN, yang jelas untuk UGM sendiri diikuti 60.563 peserta.  Memperebutkan 2115 kursi program sarjana dan 443 kursi program diploma (sumber https://ugm.ac.id/id/berita/16469-serentak-di-4-kota-besar-seleksi-ujian-tulis-ugm-diikuti-60-ribu-peserta )

Jumlah peserta yang tidak sedikit, dengan begitu banyak uang pendaftaran yang masuk, dan daya tampung yang tidak sampai sepuluh persennya. (contoh UGM belum universitas lain)

Rasanya tidak adil jika melihat infrastruktur ditambah namun universitas negeri tidak ditambah.

Mereka yang dari nilai bagus dan keuangan lumayan mungkin bisa menjajal PTN Luar negeri seperti di Malaysia, Taiwan, Turki atau India. Namun bagaimana dengan yang kurang mampu ?

Apa mereka harus terdampar di universitas swasta yang kita tahu sendiri, untuk mencari yang setara PTN kualitasnya harus membayar mahal (UPH dan Telkom contohnya)

PTS murah kebanyakan minim fasilitas. Menempati ruko dan system pembelajaran yang ala kadarnya. (di Medan anda bisa menemukan PTS semacam ini menjamur. Entah untuk kuliah serius atau sekedar menjual ijasah)

Miris ketika negeri kita melakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran namun PTN untuk menimba ilmu para SDM-nya masih minimalis dan belum dilakukan penambahan.

 Besar harapan saya pemerintah menyiapkan sejumlah PTN baru untuk memastikan bahwa lima puluh persen pendaftar SBM PTN dan UTUL mendapatkan kesempatan belajar di Universitas Negeri (dan bukan seperti sekarang yang seolah, uang pendaftaran hanya sekedar modal berjudi keberuntungan)

Minggu, 07 Juli 2019

Jari bukan alat untuk menjadi Tuhan





Jari jemari👐

Saya  bersyukur di anugerahkan jari jemari yang sempurna.

Jari untuk meraba, memegang, menulis.



Jari yang mengenalkan saya pada sentuhan tangan ibu (saat baru terlahir)

Saya selalu bertanya pada diri, bagaimana jika saya terlahir tanpa tangan (tak memiliki jari ini ?)

Apa saya akan bersedih ?

Orang yang tak memiliki jari mungkin bersyukur.



Mereka pasti akan merasa menjadi orang yang lebih baik dari kebanyakan yang berjari seperti saya (sekarang ini)

Jari belakangan tak lagi banyak berguna

Jari lebih banyak bercengkrama dengan tombol qwerty ponsel pintar



Jari menjelma Tuhan dengan penghakiman maupun provokasi di kolam komentar media sosial orang lain



Jari lupa bahwa dirinya hanya titipan Tuhan (bukan hanya jari, tapi setiap inci jasad ini)

Jari bertindak berdasarkan rangkuman otak dalam menyerap sesuatu

Jari tak bertanya pada kalbu berhak tidaknya menghakimi atau memprovokasi

Jari kehilangan fungsi baiknya

Jari tersesat di pikiran manusia yang merasa diri suci

Jari, bahagiakah kamu setelah melakukan hal yang tak berfaedah ?



Sabtu, 22 Juni 2019

PTN dalam negeri atau PTN Malaysia ?

Anak pertama saya tahun ini lulus SMK, Alhamdulillah karena dia juara tiga umum di sekolah dapat kesempatan untuk mengambil jalur undangan ke PTN dalam negeri.

Awalnya,  PTN dalam negeri di pulau jawa adalah impian kami sebagai orang tua dan juga anak kami. Status Akreditasi A (sementara di USU masih B) yang menjadi alasan utama, ditambah keluarga besar kami  di Jawa sehingga lebih gampang memonitornya dibanding kalau ke kota lain (selain jawa)

Namun tarif tiket yang seringkali tidak masuk akal ditambah survey rumah (dalam prosedur penerimaan mahasiswa PTN sekarang) untuk menentukan besaran uang kuliah menjadi ganjalan buat kami.

Jadi terbersitlah untuk masuk ke PTN Malaysia yang tarif tiketnya lebih murah dan system penerimaannya berdasarkan nilai selama sekolah (minimal 8)+ prestasi+ CV. Mendaftarlah anak saya ke Universiti Malaysia Terengganu.

April mendaftar dengan biaya pendaftaran 5 juta rupiah, 18 juni kemarin legal offering menyatakan anak saya di terima. Alhamdulillah

 Dengan uang kuliah 8 juta per semester dan uang asrama 2 juta per semester (kalau dihitung-hitung uang bulanan asrama hanya 3rts ribu rupiah) Adakah PTN di jawa yang uang asramanya semurah ini ?) dan tiket pesawat yang kalau normal hanya 1, 5 juta PP Medan – Kuala Terengganu (transit kuala lumpur )

Kadang kita berpikir kuliah diluar negeri lebih mahal. Namun yang saya rasakan sebaliknya mendaftar kuliah di luar negeri lebih murah dan tidak berbelit-belit prosedurnya. Ditambah kesempatan untuk anak tinggal di salah satu negara persemakmuran inggris dengan bahasa keseharian yang dominan inggris serta budaya yang tentunya berbeda.

Buat saya semua itu akan bagus untuk anak saya menambah wawasan. Mengenali bumi Allah yang luas ini seperti yang tertuang dalam Al Qur’an  Surat Al Mulk ayat 15 “ Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya”


Jumat, 21 Juni 2019

KPR di Bank Swasta Asing (menguntungkan)

Sebelumnya saya tak pernah berpikir untuk berhubungan dengan bank swasta asing. Dalam benak saya “buat apa menguntungkan bank asing daripada bank negeri sendiri ?”

                Itu pikiran sempit saya (kemarin). berpikir bahwa dengan menjalin kerjasama dengan bank asing, berarti saya siap dijajah dalam bentuk kekinian.

                Karena kesimpulan-kesimpulan cetek itu saya menjaga jarak dengan bank asing untuk waktu yang lama.

Menjaga jarak namun tak pernah bisa menghentikan pertanyaan di benak saat ke singapur atau Malaysia. “kenapa bank UOB, bank niaga dan maybank bisa berekpansi ke Indonesia dan memiliki banyak cabang di negeri kita ? kenapa bank kita tak bisa sebaliknya ?”

 Pertanyaan itu mampir dan baru sekarang menemukan jawaban. Ketika iklan bank local demikian gencar namun tak beriringan dengan pelayanan ; sulitnya mendapatkan informasi produk, mengkonsultasikan kendala keuangan dan mendengar saran dari mereka, mendapat akses pinjaman yang ternyata memerlukan kartu kredit dan ironi bunga bank local yang mencekik (kecuali BCA yang menurut saya suku bunganya masih bisa bersaing dengan bank asing)

Kadang merasa heran dengan bank local (utamanya bank pemerintah) yang mungkin karena percaya diri dengan ‘nama besar’ sehingga kurang peka dengan kebutuhan nasabah. Terutama nasabah yang dianggap tak memiliki dana lebih untuk berinvestasi atau tengah dalam masalah keuangan. (upaya bank seperti menghindar dan baru membujuk untuk tetap menjalin kerjasama ketika kita akan berpindah ke lain hati)

 nama besar berhasil membutakan saya (yang kemarin) untuk seratus persen percaya dengan pelayanan bank yang baru saya sadari sekarang (mengecewakan) ; pokok bunga KPR hampir sama dengan pokok hutang, dokumen KPR (berupa IMB) ternyata belum diurus sehingga saya harus mengurus sendiri (pada saat pelunasan), berharap bank pemerintah membantu mengedukasi nasabah atau memanagemen hutang adalah kemustahilan belaka.

Kekecewaan yang kemudian menggiring saya untuk berkenalan dengan bank asing yang memiliki staff professional (paham apa saja produk perbankannya), maksimal dalam mendengar keluhan prospek dan mencarikan solusi dari produk mereka.

Hasilnya rekstrukturisasi kendala keuangan saya dengan KPR TOP UP dengan nilai pinjaman lebih besar dari KPR di bank pemerintah namun bunga yang jauh lebih kecil dari sebelumnya (sepertiga dari bunga sebelumnya)

Pelajaran untuk semua yang ingin mengambil KPR

-          Hitung DP dan angsuran yang akan diambil di bank pemerintah dan lihat berapa selisih bunga yang harus dibayarkan dari harga rumah

-          Cari bank asing untuk pembanding, mana yang termurah KPR-nya (menurut saya bank asing yang berada di bukan territory-nya akan bekerja professional dan tak akan mempermainkan nasabah. Apalagi memproses KPR tanpa dokumen lengkap yang akhirnya merugikan nasabah jika akan menjual asetnya)


Pelajaran untuk bank local

-          Tugas bank local adalah mengedukasi nasabah yang nota bene warga negara Indonesia

-          Mengedukasi sekaligus membantu mencarikan solusi (jika mungkin) untuk kendala keuangan nasabah

-          Restrukturisasi hutang bukan hanya tanggung jawab nasabah ataupun lembaga managemen hutang

-          Tugas bank pemerintah adalah tak membiarkan nasabah mengambil teladan negara (yang masih meminjam dari negara lain) dan mengabaikan warga yang terjerat riba hingga mengalami defisit daripada surplus keuangan

-          Bank boleh mengambil laba pada nasabahnya, tapi nasabah yang mengambil KPR adalah nasabah yang belum mapan secara keuangan sehingga konyol kalau diperdaya dengan bunga yang luar biasa besar jumlahnya

-          Riba mungkin menguntungkan dan nasabah tak akan tahu seberapa parah mereka dijerat dengan bunga. Namun diatas semua itu, system seperti ini tak akan membuat siapapun beranjak kemana-mana. kecuali diam ditempat untuk berada di territory aman dan tanpa persaingan sehat (itu mungkin menjadi jawaban atas pertanyaan saya kenapa bank asing bisa berekspansi ke Indonesia dan memiliki banyak cabang)



Sabtu, 25 Mei 2019

Demo tak menghasilkan apapun

Mei 1998 saya masih bekerja di AUTO 2000 Bekasi Timur ketika kerusuhan pecah. Karyawan diijinkan pulang, tak ada angkutan, saya dan beberapa teman mencari tumpangan yang berhenti di bekasi barat. Menyaksikan orang-orang menjarah, membakar kendaraan dan berbuat kerusakan hingga sebagian besar warga meletakkan sajadah di pagar rumah mereka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

                Jumat, 24 Mei 2019 saya ke siloam dirgantara medan. mengantar suami yang sakit dan melihat demonstran yang berkerumun di depan lippo mall. Melihat karyawan di muka bank niaga imam bonjol kesulitan mencari angkutan pulang. dan saya, suami serta dua anak saya harus berjalan kaki agak jauh dari depan rumah sakit untuk menumpang transportasi online.
                


Yang memprihatinkan ketika anak-anak saya bertanya ini akan berakhir seperti apa, saya seperti dikembalikan ke masa lalu dan melihat bahwa setelah bertahun usaha penggulingan penguasa tak menghasilkan apapun kecuali pergantian dinasti.

                Karena negara ini dimata saya bukanlah negara demokrasi. Sebagian SDM partai direkrut berdasarkan hubungan keluarga, public figure atau asset yang perorangan miliki untuk keberlangsungan partai.


                Kita ambil contoh lima partai ( dinasti ) peserta pemilu 2019

1.       PDIP
Ketua Umum : Megawati Soekarno putri
Putri : Puan Maharani (Menteri kordinator bidang pembangunan manusia & kebudayaan Republik Indonesia)

2.       Gerindra
Ketua Umum : Prabowo Subianto
Wakil ketua dewan pembina partai : Hashim Djojohadikusumo
Keponakan    : Rahayu Saraswati (Ketua bidang advokasi perempuan)

3.       Partai Demokrat
Ketua  umum : Susilo Bambang Yudhoyono
Ketua fraksi di DPR : Edhie Baskoro Yudhoyono

4.       Nasdem
Ketua umum : Surya Paloh
Putra    : Prananda Surya Paloh ( anggota DPR RI periode 2014- 2019)

5.       Partai berkarya
Ketua Umum : Hutomo Mandala Putra
Kakak   : Titiek Soeharto ( Caleg Dapil DIY dari Partai Berkarya)


Partai dengan SDM Public Figure (Popularitas tanpa kompetensi)

1.       Partai Gerindra mengusung Mulan Jameela
2.       Partai Perindo mengusung Angel lelga
3.       Partai PDIP mengusung Krisdayanti
4.       Partai Nasdem mengusung Nafa Urbach, della puspita, anni s bahar, five vi , manohara

Penggulingan penguasa hanya menghasilkan penguasa baru. Dengan mesin partai yang SDM-nya sebagian direkruit tanpa kualifikasi yang mumpuni. Hasilnya mungkin akan sama seperti 21 tahun yang saya alami setelah tragedy 1998.

Kepemimpinan berubah tapi cita-cita masyarakat adil makmur makin jauh panggang dari api.

Contoh nyata :
-    
      - Bunga KPR yang lebih tinggi dari negara maju sekalipun (di amerika dibawah 5 % dan malaysia dibawah 8%)

-    -      Pajak bonus akhir tahun  karyawan yang mencapai 35% ( disama rata untuk semua posisi jabatan  tanpa mempertimbangkan BI Checking apakah masih memiliki tanggungan)

-   -       Pajak resto yang menjadi kewajiban customer (sementara di amerika customer berhak menolak. Dan di Malaysia tax 6% hanya untuk makan dibandara. Bukan diresto umum)

-   -       Kredit offline dan online merajalela dan menjerat masyarakat sementara negara tak menyediakan financial konsultan untuk masyarakat agar dapat memiliki hak tawar pengurangan bunga sehingga bisa melunasi hutang

-         - Tarif tiket bawah penerbangan kelas ekonomi yang merugikan masyarakat (tarif penerbangan kita tertinggi dibanding Malaysia atau singapur untuk kelas ekonomi)

-          -Harga bahan kebutuhan pokok tak pernah stabil

-          -Harga ikan laut lebih mahal daripada ayam (padahal negara kita negara bahari)

-          -Tambahkan sendiri apalagi yang menurut anda perlu dibenahi


Pembenahan tak bisa terjadi hanya dengan mengganti penguasa (kefanatikan semu pada perorangan ) dibawah calon ada partai koalisi yang harus anda lihat apakah memiliki track record bagus, korupsi atau memiliki SDM non qualified ?

       Demo mungkin menghasilkan penguasa baru, namun dibawah penguasa ada mesin partai koalisi yang pasti memiliki banyak tuntutan (tanya diri pernahkah melihat oposisi yang menjadi pemerintah ? bagaimana mereka di pemerintah ? cukup puaskah anda dengan kinerjanya ?)

     Saya bukan penentang demo, massa sebanyak sekarang adalah berkah jika itu tidak ditujukan untuk pergantian kekuasaan dengan jalur anarki.

       Masa sekarang atau mendatang (setahun sekali juga boleh ) harus ada untuk menyerukan tiga tuntutan rakyat (TRITURA)

      Setiap tahun evaluasi negara ini, ajukan tiga tuntutan. Jangan menjadi mesin penguasa manapun. Demo boleh ada, tapi untuk memperjuangkan adil makmur seperti yang kita cita-citakan. Dimulai dari mana, pikirkan sendiri tuntutan apa yang harus diperjuangkan sekarang ini.


    Kalau saya sebagai ibu rumah tangga, saya ingin tiga hal ini
-        
-   -Kepastian bahwa harga bahan pokok stabil dan tak akan naik terlalu tajam seperti awal puasa (penyesuaian harga pangan)

-         - Harga hasil laut yang terjangkau rakyat menengah ke bawah
-     
-     -Penghapusan batas tarif bawah tiket penerbangan kelas ekonomi



Selasa, 21 Mei 2019

98/2019

Sejarah berulang
Posisi dibalik

Korban menjadi pencetus
Ketidak puasaan semu
Pemanfaatan kefanatikan,
Orang muda  tanpa pendirian

Bukan agama (karena Tuhan tidak ada dihati orang yang menjual agama)
Bahkan diantara dua yang bertarung dan seolah dekat dengan-Nya


Menunggu hasil

Klimaks adu kekuatan
Lemparan batu
Melawan
Senjata abdi negara

Siapa menguji kesabaran siapa
Siapa yang akan menjadi korban

Siapa yang akan memenangkan masa
Dan mengubah hasil menjadi terbalik


Tanya tuhan

Siapa yang meragukan takdir ?

Bahkan jika kecurangan itu ada. Itu juga dibawah kuasa-Mu bukan ?



Tanya diri

Terlalu berambisi ?
Menginginkan tanpa berbuat sebelumnya

Atau menginginkan tapi meninggalkan yang belum diselesaikan

Teladan ?

Menciptakan drama seolah pasangan
Walau bukan pasangan

Oposisi ?

- tanya tiket pesawat mahal
- harga ikan laut mengalahkan ayam
- harga cabe bawang diawal puasa mencapai 100rb/kilo
- kenapa bunga kpr indonesia lebih tinggi dari negara maju sekalipun
-tax/service resto di indonesia menjadi kewajiban yang harus dibayar customer
- tambahkan sendiri apa lagi yang mewakili rakyat

Minggu, 19 Mei 2019

Negativ Viral (Stupid Vibes)



Kemajuan teknologi itu KEREN, orang jadi nggak perlu repot nyari televisi untuk nonton berita. Cukup dengan smartphone, tiap orang yang melek internet tinggal nyari kanal berita favorit dan buka.

                Kemajuan teknologi WOW, yang tadinya butuh janjian untuk ngobrol bareng temen. Dijaman teknologi kita tinggal buka aplikasi media social dan ha ha hihi. (yakin haha hihi, nggak jadi stalker ?}

                Teknologi itu SESUATU, yang menurut saya kaya bilah pedang. Kalau nggak disikapi dengan bijaksana kita bakal menyerap banyak tanpa menyaring yang benar-benar diperlukan.

                Apa sih yang dibutuhkan ? ilmu pengetahuan yang bisa ditemuin dari google play book atau I library, music bagus dari google play music, tutorial masak atau ketrampilan origami di youtube, artikel berita kesuksesan atlet atau public figure yang bisa jadi panutan dan lain sebagainya yang bisa menularkan ENERGY POSITIF.

                Dan sekarang ini yang menjadi keprihatinan saya adalah, NEGATIF VIBES (yang diviralkan)  dan  tanpa sadar masuk ke system tubuh kita, meracuni kita dan menularkan energy negative

                Apa saja contohnya ;

-          Bullying yang disengaja pada seseorang atau sesuatu untuk tujuan mendapat publikasi viral
-          Ribut-ribut di medsos
-          Riya atau pamer kekayaan
-          Berita kriminalitas dan perdagangan wanita yang over publikasi (dibanding berita pelaku korupsi)
-          Trans gender yang terus-terusan diliput
-          Sisanya silakan isi sendiri

Pelaku viral, akun ghosip dan media adalah idiot yang ( menurut saya) mencari keuntungan dalam memviralkan sesuatu yang negative

Bertindak tanpa berpikir dampak yang akan ditimbulkan, ditiru atau menjadikan orang yang membaca paranoid. 

Hal lainnya pembaca bisa saja berpikir untuk mendapatkan kepopuleran instant dari prank, ribut-ribut atau riya

Atau mencari kekayaan instan dari menjual diri demi tampil wah di media sosial

Dilanda takut membaca berita mutilasi, penculikan atau kekerasan (dampak berikutnya stress atau paranoid)

Saya nggak tahu menteri revolusi mentalnya kemana, tapi hal-hal negative seperti itu tidak seharusnya di viralkan. Memviralkan yang baik akan lebih bermanfaat untuk orang lain yang membacanya.

Viral kebaikan juga membuat mental kita terpacu untuk melakukan hal baik seperti yang dicontohkan. Kebaikan yang bisa kita perlihatkan pada negara lain. bahwa Indonesia, bukan hanya berisi orang-orang tak bertanggung jawab (yang memanfaatkan internet untuk melumrahkan/ mempopulerkan  hal buruk & menyebarkan hoax)

Notes : tulisan ini dibuat karena resah waktu  nonton youtube ria ricis yang memasukkan trans gender ke kamarnya (apa demi subscribe dan like banyak di youtube, bukan muhrim bisa masuk ke kamar perempuan muslim ?)



Sabtu, 20 April 2019

Behind The Book Suami Untuk Istriku



Ada banyak cerita dibelakang penggarapan novel ini sampai akhirnya jadi buku.

- inspiring by Tutik Indriani 1978 - 2006
- dedicated to Tian Pantjoro 29 Agustus 2006
- rampung digarap di 2014
- di acc penerbit Cetak Buku di tahun yang sama namun hanya terbit via ebook (tidak sesuai perjanjian awal yang hanya naskah cetak)



-di 2015 diajukan ke penerbit Kaki Langit dan kembali di Acc dengan penggantian judul Penjaga Hati (cover untuk terbit sudah di kirimkan)


- hingga 2017 naskah yang covernya sudah jadi belum juga kunjung terbit. 

-  akhir 2018 saya memutuskan mempublish di instagran @cerita-cintanya (wadah baru saya menulis novel karena ponsel saya minim memori untuk mengunduh aplikasi penulisan wattpad, sweek, storial dan yang lainnya)

- 2019 saya memikirkan untuk menerbitkan indie lewat jejak publisher yang saya lihat track record-nya bagus (ini pertama kalinya saya menerbitkan indie)

- dan ketika naskah terbit, saya mendapati hal yang tidak terduga. buku ini terbit sebelumnya di http://penerbitspasi.blogspot.com/ (tanpa saya pernah mengirim atau mereka ijin pada saya)







https://isbn.perpusnas.go.id/Account/SearchBuku?searchCat=Judul&searchTxt=suami+untuk+istriku

- pelajaran buat saya sebagai penulis. seringnya menjajakan karya dan ditolak bukan berarti naskah buruk atau naskah aman dikembalikan. naskah mungkin saja tersebar atau disebarkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab karena ingin mencari keuntungan sepihak. 

***link pemesanan novel http://jejakpublisher.com/product/suami-untuk-istriku/