Sabtu, 21 Maret 2015

ibu

sejak dulu saya tak pernah interest dengan topik bernama 'ibu'. Jujur saya bukan orang yang dekat dengan ibu atau pernah hidup lama dengan ibu.

Hanya delapan tahun saya bersama ibu, dengan jarak yang dia bentangkan.

Lalu saya menjadi seorang ibu, tapi tak pernah memposisikan diri saya sebagai ibu. Saya lebih senang menjadi teman anak-anak saya.

Bukan apa-apa, saya tak punya deskripsi tentang sosok ibu yang saya bisa teladani atau bagaimana menjadi ibu seharusnya.

Lalu kemarin dan hari ini saya seperti disadarkan. Saat kemarin anak saya meminta ijin berkemah, sesuatu yang baru pertama ia lakukan.

Kemah pramuka di cadika (seperti saat saya kecil dulu berkemah di bumi perkemahan cibubur).

Ada perasaan khawatir dan takut ia membutuhkan sesuatu. Jadi Semalam saya mengantarkannya kopi + susu kedelai + jaket untuknya.

Pagi ini saya antarkan ia gorengan untuk dimakan bersama teman-temannya.

Siang hujan deras, saya terpikir ia dan teman-temannya tak akan bisa membakar kayu untuk
memasak.

Jadi tadi siang selama hujan saya memasak nasi goreng dan mie goreng untuk teman-teman gugusnya.

Sore saya antar kesana dan ia takjub

Kiki : ini mama masak sendiri?

Me : iya

Kiki : mama kan nggak suka masak

Me : tapi kan takut kiki nggak makan

Kiki : thanks mah

Ada binar bahagia dimatanya yang mengembalikan saya pada episode masa kecil saya saat berkemah.

Anom dan novi teman dan tetangga rumah saya dikunjungi orang tuanya saat berkemah. Sementara saya hanya bisa melihat dengan iri.

Lalu hari ini saya melakukan hal yang sama seperti yang orang tua mereka lakukan.

Apa yang terjadi hari ini seperti menyandarkan saya, saya ibu. Saya ibu yang baik yang menjalankan perannya. Saya bukan hanya teman. Saya bisa mendeskripsikan ibu dengan benar.

Bahagia, rasanya seperti memenangkan pialan grand prix yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Thanks to rizky nakami yang telah menuntun saya menjadi ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar