Chapter 1
Mall ramai lalu lalang manusia yang
hanya sekedar window shopping ataupun yang memang punya tujuan belanja. Bening tak sempat
memperhatikan, Ia malah termangu di samping maket property yang di pamerkan di
area lobby mall.
“ Bagaimana ya caranya memaksa prospek agar mau membeli ?,“ Bening
bertanya-tanya dalam hati, tak memperhatikan rekan-rekannya yang tengah sibuk.
Ada yang membagikan brosur property,
menjelaskan denah dan bahan baku bangunan pada prospek dan
iseng membaca koran.
“ Kenapa ya isi berita sekarang ini
isinya ancam mengancam. KPK mengancam pelaku korupsi akan di bui, pelaku
korupsi mengancam akan menyeret pejabat
tinggi, pejabat mengancam akan menuntut balik kalau itu terjadi. Konyol sekali !, jaman sekarang kok
masih ada praktek seperti ini.“
Telinga Bening tak sengaja mendengar
gumaman seorang rekan yang baru saja melipat koran yang dibacanya.
“ Praktek apa yang tadi Mas bicarakan ?,” Bening
ingin memastikan apa yang di dengarnya.
“ Biasa, praktek ancam mengancam,“ Rekan yang tadi membaca
menjawab.
Bening hendak membalikkan badan dan
menyambar koran di tangan dua rekannya. Tapi seseorang menahan pergelangan
tangannya.
“Jingga,“ Bening kaget dengan
kehadiran Jingga di mall tempat Developer-nya mengadakan
pameran.
“Ngapain lu di sini ?,” Bening
terheran-heran.
“Ya belanjalah. Ngabisin uang empat ratus ribu yang
kita dapat semalam buat beli baju sama tabloid gossip ini, “ Jingga menunjukkan
barang-barang yang ditentengnya
Rekan-rekan kerja Bening melirik kaget, Bening yang ditatap
jadi merasa
rikuh. Buru-buru Ia menarik lengan
Jingga pergi.
“Gila lu ya, ngomongin duit tip di
area kerja gue. Lu lihat ga tadi tampang teman-teman gue langsung berubah
ngeres waktu lu ngomong gitu,“ Bening melirik gemas.
“ Sorry deh. Gue traktir kopi
deh buat nebus dosanya,“ Jingga merangkul bahu Bening masuk ke kedai kopi.
“ Ingat lain kali jangan di
ulang,“ Bening menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk dan mengambil tabloid di
tangan Jingga.
“Tabloid gossip gini kok lu baca
sih,“ Bening iseng membuka halamannya sementara Jingga memesan minuman pada Waiter.
“Cappuccino mocca dua,“ sambil duduk
Jingga menyebutkan pesanannya.
“ Penasaran saja baca gossip artis
top yang foto-foto toplesnya mau di beberkan mantan suaminya kalau
nggak mau bagi dua harta gono gini.“
Bening membaca halaman dengan topic
yang dimaksud.
“Jaman sekarang semuanya main ancam
mengancam. Kapan gue bisa ngancam orang biar bisa beli property gue,“ selesai
membaca isi tabloid Bening mengembalikannya pada Jingga.
“Nanti malem juga bisa,“
Jingga enteng menjawab.
“Hah !. Lu ngomong serius ?, Gimana
caranya ?,” Bening mendadak penasaran.
“Duit empat ratus lu masih utuh kan
?,”
Bening mengangguk
cepat.
“Beli ponsel kamera aja. Yang merek
Cina biar sesuai budget,” Jingga menyeruput capuchino mocca-nya yang baru di
letakkan Waiter.
“Buat apa ?,” Bening masih belum
mengerti.
“ Foto mesra sama tamu di tempat
karaoke,“
Bening mendelik kaget mendengarnya, seumur hidup Ia
belum pernah beradegan mesra. Berpikir pacaran saja belum, apalagi
mesra-mesraan.
Ia masih tak mengerti dengan maksud
perkataan Jingga, diseruputnya cappuccino untuk menjernihkan akalnya agar bisa
nyambung dengan ucapan Jingga.
“Foto mesra ?,“ Bening menggumam
tanya.
“Dengan Companion Girl sebuah tempat
karaoke pasti lumayan screaming kalau dilihat orang lain,“ Jingga menguraikan
idenya.
***** sudah beredar di seluruh toko buku indonesia