Anak saya yang sulung gigi atas bawahnya numpuk jadi kepikir untuk masangin behel.
Pergilah saya dan anak ke Dr. Gigi Iskandar. Sp. Ortho.
Kenapa nggak dokter gigi umum? karena pengalaman saya kecil, dokter gigi umum tahunya kalau dipasang kawat cuma nyabutin gigi yang ada tanpa mikir jumlahnya udah pas atau belum. Akibatnya gigi setelah dikawat jadi rapuh dan cepet ompong kaya saya sekarang.
Balik ke dokter gigi anak saya, dijelaskan biaya pembuatan behel 6,5 juta (alamak mahalnya) dengan biaya kontrol dua minggu sekali 200rb / sekali kontrol (belum termasuk penggantian karet) jadi biaya perawatan bulanan dianggarkan 600rb/ bulan.
Sebagai tanda jadi saya beri dp. 3juta sisanya rencana setelah behel dipasang.
Sebelum behel dibuatkan dan dipasang anak saya diminta rontgen gigi dulu. Dan hasilnya, mau nangis saya waktu lihat dan diterangi dokter.
Rahangnya kecil tapi gigi pas 28. Jadi sebenarnya nggak perlu dicabut, cukup direnggangin rahangnya dengan pemasangan behel. Kayanya simple, tapi yang jadi kendala behel nggak bisa dibuatkan karena di gigi depan (rahang bawah) anak saya, ada benih tidak berkembang dan satu gigi tumbuh melintang.
Dan gigi melintang ini yang ternyata jadi penyebab anak saya sering sakit saat mengunyah.
Dari hasil pemeriksaan dokter, gusi anak saya menghitam akibat gigi melintang ini. Jalan satu-satunya gigi harus diambil, namun tak bisa di Cabut begitu saja.
Dokter gigi memberi rujukan ke prof. edy ketaren Dosen kedokteran gigi USU yang berpraktek di banyak rumah sakit. Salah satunya Columbia asia.
Dari hasil konsultasi dengan dokter edy, anak saya harus di rawat inap untuk menjalani bedah mulut dengan anestesi total. Kenapa nggak lokal? Untuk menghindari kepanikan si anak melihat gusinya di obrak abrik.
Jadi diagendakanlah operasi selepas shalat jumat jam 3 sore. Operasi berlangsung dua jam karena gigi yang melintang posisinya dekat pembuluh darah dan berada di tulang gusi.
Waktu operasi sulung saya minta ditemani, tapi saya tak cukup tega untuk melihat. Jadi bapaknya yang masuk ke ruang operasi.
Saya sendiri ke foodmart membeli susu kotakkan untuk dia minum ketika siuman nanti.
Pukul lima sulung saya selesai operasi, saat siuman dia mencari saya. Saya pikir saya cukup kuat untuk melihatnya selesai operasi, tapi melihat bibir dan rahangnya bengkak saya tak kuasa menahan air mata.Saya memilih menunggu di kamar rawat.
Operasi berjalan lancar, si sulung diijinkan pulang keesokan harinya. Dan saat saya menulis ini, ia masih dalam masa pemulihan hari ke 2.
Rencana besok kontrol untuk menanyakan kenapa masih bengkak dan melihat apa jahitannya masih rapi.
Untuk sementara, ia hanya makan bubur, lontong berkuah, susu kotakan dan juice jeruk asli made in dapur sendiri demi menghindari makanan berat yang berisiko terlepasnya jahitan. Doakan semoga sampai hari ke 5 (waktunya lepas jahitan) kondisinya semakin baik.
Pergilah saya dan anak ke Dr. Gigi Iskandar. Sp. Ortho.
Kenapa nggak dokter gigi umum? karena pengalaman saya kecil, dokter gigi umum tahunya kalau dipasang kawat cuma nyabutin gigi yang ada tanpa mikir jumlahnya udah pas atau belum. Akibatnya gigi setelah dikawat jadi rapuh dan cepet ompong kaya saya sekarang.
Balik ke dokter gigi anak saya, dijelaskan biaya pembuatan behel 6,5 juta (alamak mahalnya) dengan biaya kontrol dua minggu sekali 200rb / sekali kontrol (belum termasuk penggantian karet) jadi biaya perawatan bulanan dianggarkan 600rb/ bulan.
Sebagai tanda jadi saya beri dp. 3juta sisanya rencana setelah behel dipasang.
Sebelum behel dibuatkan dan dipasang anak saya diminta rontgen gigi dulu. Dan hasilnya, mau nangis saya waktu lihat dan diterangi dokter.
Rahangnya kecil tapi gigi pas 28. Jadi sebenarnya nggak perlu dicabut, cukup direnggangin rahangnya dengan pemasangan behel. Kayanya simple, tapi yang jadi kendala behel nggak bisa dibuatkan karena di gigi depan (rahang bawah) anak saya, ada benih tidak berkembang dan satu gigi tumbuh melintang.
Dan gigi melintang ini yang ternyata jadi penyebab anak saya sering sakit saat mengunyah.
Dari hasil pemeriksaan dokter, gusi anak saya menghitam akibat gigi melintang ini. Jalan satu-satunya gigi harus diambil, namun tak bisa di Cabut begitu saja.
Dokter gigi memberi rujukan ke prof. edy ketaren Dosen kedokteran gigi USU yang berpraktek di banyak rumah sakit. Salah satunya Columbia asia.
Dari hasil konsultasi dengan dokter edy, anak saya harus di rawat inap untuk menjalani bedah mulut dengan anestesi total. Kenapa nggak lokal? Untuk menghindari kepanikan si anak melihat gusinya di obrak abrik.
Jadi diagendakanlah operasi selepas shalat jumat jam 3 sore. Operasi berlangsung dua jam karena gigi yang melintang posisinya dekat pembuluh darah dan berada di tulang gusi.
Waktu operasi sulung saya minta ditemani, tapi saya tak cukup tega untuk melihat. Jadi bapaknya yang masuk ke ruang operasi.
Saya sendiri ke foodmart membeli susu kotakkan untuk dia minum ketika siuman nanti.
Pukul lima sulung saya selesai operasi, saat siuman dia mencari saya. Saya pikir saya cukup kuat untuk melihatnya selesai operasi, tapi melihat bibir dan rahangnya bengkak saya tak kuasa menahan air mata.Saya memilih menunggu di kamar rawat.
Operasi berjalan lancar, si sulung diijinkan pulang keesokan harinya. Dan saat saya menulis ini, ia masih dalam masa pemulihan hari ke 2.
Rencana besok kontrol untuk menanyakan kenapa masih bengkak dan melihat apa jahitannya masih rapi.
Untuk sementara, ia hanya makan bubur, lontong berkuah, susu kotakan dan juice jeruk asli made in dapur sendiri demi menghindari makanan berat yang berisiko terlepasnya jahitan. Doakan semoga sampai hari ke 5 (waktunya lepas jahitan) kondisinya semakin baik.
ini melintangnya dari dalam gusi kah? berapa biaya operasinya waktu itu, mom?
BalasHapusIya di dalam gusi,biasanya 14 juta di colombia Asia medan
Hapus