Senin, 13 April 2015

Sehari menginspirasi di Labuhan Batu

Kelas inspirasi adalah gerakan para professional turun ke sekolah dasar (SD) selama sehari untuk berbagi cerita pekerjaannya dengan tujuan memotivasi anak-anak untuk meraih cita-cita dan berani bermimpi.

Penulis kebetulan di undang bapak Tatang Hidayat Ketua FLP Labuhan Batu dan Pengagas Kelas Inspirasi Labuhan Batu untuk turut serta terlibat sebagai inspirator.

Mulanya agak ragu, karena merasa bukan professional melainkan pekerja kreatif alias novelis. Namun Pak Tatang dan istrinya Bu Dewi Puspa yang seorang pendongeng berhasil meyakinkan.

Para inspirator kemudian mengikuti briefing pertama di kantor Dinkes Labuhan Batu pada tanggal 9 Apri 2015. Pertemuan yang membuat saya berkenalan dengan banyak professional mulai dari peneliti, arsitek, legal staff, dokter, bidan, dosen, PNS dan profesi lainnya.


Di briefing pertama kami di beri arahan oleh fasilitator Kelas Inspirasi Medan bagaimana mengenalkan diri, menceritakan profesi dan melakukan ice breaking untuk tetap mendapat perhatian murid. Di briefing ini, para professional dibagi menjadi delapan kelompok. Dan penulis masuk ke kelompok 6 yang ditugaskan menginspirasi di MIS Perdamean Sigambal.

  Kelompok 6 terdiri dari 10 orang. Dua fasilitator Maya dan Abib. Dua fotografer ; Agung Wicaksono dan Suwono. Satu Videografer Feri Badriansyah dan empat inspirator yang terdiri dari Dewi Puspa seorang pendongeng, Ratna Dks (yaitu saya) penulis, Syarifah Hanum Bidan Puskesmas, Iin Indrawati Psikolog dan Ayulidar Guru.

Hari H, tanggal 13 April 2015 kami turun menginspirasi ke MIS Perdamean Sigambal. Melihat bagaimana kondisi sekolah swasta yang sederhana namun memiliki guru-guru dan murid-murid yang antusias dan ramah menyambut kami.



Tiap inspirator bergantian mengisi kelas, pengalaman saya menginspirasi di kelas 1 semua siswa pasif menyimak.

Di kelas dua, ramai, jahil namun penuh semangat.  Ini kelas paling menantang hingga membuat saya kewalahan. tapi lucunya saat acara usai mereka tak ingin berhenti main gunting, batu, kertas yang saja ajarkan.

Kelas tiga empat yang digabung karena minimnya fasilitator cukup aktif, sebagian besar dari mereka pandai membuat puisi. Berikut puisi salah satu murid :

Ibuku

Oleh. Erlina / Kelas 3

Oh Ibuku
Engkaulah yang melahirkanku
Jerih payahmu mengasuh dan mendidikku

Dimalam gelap gulita kau memelukku
Aku terlena dipelukan ibu

Ibu
Disetiap saat aku akan berdoa untukmu

Dari kelas tiga empat yang aktif. Saya berpindah mengajar kelas lima dan enam. Disini anak-anak sudah memikirkan cita-citanya. Sebagian besar dari mereka bercita-cita menjadi polisi, ustadz atau guru, profesi yang mungkin kerap kali mereka lihat. Jadi ketika saya bercerita mengenai profesi saya yang seorang penulis, mereka masih belum memiliki gambaran bagaimana pekerjaannya ? apa yang bisa dihasilkan dari menulis ?. Mulailah saya menceritakan profesi saya yang ibu rumah tangga nyambi menulis.

Seru, membahagiakan dan menjadi pengalaman yang berkesan untuk saya dan anak saya yang waktu itu saya bawa. Bahwa ternyata dalam hidup tiap professional atau pekerja bidang lainnya bisa mempraktekkan apa yang saya identifikasi sebagai profit, people, planet. Menjadikan dunia ini lebih indah dengan membentangkan harapan dan mimpi untuk anak Indonesia di daerah lainnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar