Sadar atau
tidak sadar tiap orang pasti punya pikiran liar, orang muda menyebutnya
kegalauan. Orang seumur saya menyebutnya kekhawatiran berlebih pada sesuatu
yang belum tentu terjadi atau imajinasi.
Dalam dunia psikologi ini dikategorikan
sebagai masalah kejiwaan, dalam ilmu kebatinan disimpulkan sebagai kerasukan
atau perlu di ruwat. Dalam ilmu instant, atau cepat saji, ini obyek yang bisa
dibuat status di medsos atau keliaran itu dibawa ke dunia nyata. Semisal pria
yang menikahi peri atau pria bertelur.
Eksekusi tiap orang
berbeda-beda, namun mengeksekusinya dalam kehidupan nyata akan dianggap
kegilaan. Mengeksekusinya dalam status di medsos juga tak menghasilkan apapun.
Kecuali membingkainya dalam bentuk cerita, itu akan menjadikan keliaran pikiran
sebagai sebuah karya yang mungkin akan dinikmati banyak orang.
Pada saya, eksekusi merupakan
hasil olah keliaran pikiran dan serapan indera. Bukan karena hormon yang sedang
jatuh cinta hingga menghasilkan banyak romance. Sehingga pembaca novel romance
saya tak akan menemukan hujan, senja, sunrise, makan malam romantis atau
sekedar genggaman tangan di bawah purnama.
Begitu juga dengan horror,
indera menyimak banyak berita kriminalitas, pikiran diperangkap dalam kukungan
ketakutan, lalu keliaran mengembara dan jadilah horror thriller yang belum lama
terbit.
Ini yang mungkin membedakan saya
dengan orang lain. Pada manusia lain, diri dibiarkan terjebak dalam horror yang
bermain dibenak dan tak terbersit untuk mengeksekusinya.
Semisal, kita terbangun dari
tidur dan tak bisa menggerakkan badan atau berteriak minta tolong. kita
menganggapnya sedang ditindih setan. Kita dijebak dalam rasa takut pikiran dan
hanya bisa diam. Padahal ini ide, yang ketika kita bangun bisa saja kita tulis
dalam cerita.
Setan itu
aku yakin dia ryu, malaikat dari death
note yang kehilangan eksistensinya dijepang.
Ia
butuh raga untuk tinggal dan mencoba
masuk ke dalam ragaku yang tampak lemah
Beberapa
kali ia mencoba saat aku sedang tertidur dan membuatku terbangun tanpa bisa
menggerakkan anggota tubuhku
Aku
harus mencari cara untuk membebaskan diri darinya
Cara-cara untuk membebaskan diri
itu bisa saja kita eksekusi menjadi cerpen atau beberapa bab novel. Tinggal
penulis yang memutuskan
Dari mengeksekusi pikiran liar
menjadi ide cerita anda berhasil menendang horror di kepala anda menjadi
pikiran positif. Membingkainya dalam cerita dan membuatnya bernilai lebih sebagai
karya yang bisa dinikmati banyak orang.
Jadi mulai sekarang, mari eksekusi
pikiran liar kalian dalam bentuk karya fiksi baik horror atau apapun. Karena
keliaran dalam bentuk fiksi akan lebih di hargai dari pada keliaran yang
dipraktekkan di dunia nyata.
Ctt : Materi
ini saya tulis untuk program senior grup FB [PANCHAKE(Penulis Cerita Horor dan
Horor Komedi)]
Behind the
sesi ngisi materi : mules, panic agak gugup walaupun ga keliatan pesertanya. Tapi
namanya baru pertama kali ngisi materi online tetep panic banget. Btw ini
pengalaman ke 2 ngisi materi. Sebelumnya di PUSKOT medan, yang ini lebih parah
langsung ketemu audiens.
Untungnya di
grup panchake ada mas oke sudrajat yang bantu nenangin, kalo nggak bisa pingsan
sambil ngeremes hape.
Kesimpulannya,
bukan penulis seleb yang belakangan banyak bermunculan. Mungkin lebih tepat
saya penulis jadul yang lebih menikmati kehidupan di balik laptop mengejar
target 1 month 1 book sehingga bisa menghasilkan banyak karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar