Tanggal 27 Januari 2017, mestinya pesawat kami berangkat jam 19.00 (waktu Indonesia) dan tiba jam 21.00 (waktu Penang)
Namun pesawat ternyata di delay ke pukul 21.00 sehingga kami baru tiba di Penang Airport jam 23.00 (lama perjalanan 40 menit)
Namun pesawat ternyata di delay ke pukul 21.00 sehingga kami baru tiba di Penang Airport jam 23.00 (lama perjalanan 40 menit)
Karena udah kemaleman dan nggak tega lihat si kecil ngantuk. Kami putuskan naik taxi yang tarifnya RM43 (sekitar 120.000,-)
Malam kami berangkat bertepatan dengan Chinese New Year, dimana di Penang penduduknya dominan etnis Chinese.
Jadi malam itu, mulai dari pesawat mendarat pijar kembang api terlihat jelas. Sangat meriah, seperti lebaran idul fitri ditanah air. Semua klenteng ramai, tapi seputar Lebuh Cintra tempat kami menginap sepi. Hampir semua kedai tutup. Benar-benar seperti perayaan lebaran.
Padahal kalau lihat sekilas, udah ada bayangan kalau hari biasa nih tempat kaya jalan jaksa. Yang tiap harinya ramai turis.
Deretan bangunan tuanya ngingetin saya sama Kesawan Medan, sayangnya di Medan pemda belum peka untuk nata kota tua seapik ini. Ngasih mural buat diburu turis dan ngasih kesempatan turis buat ngerasain kembali ke jaman dulu (time traveller). Asli kalo Kawasan
Kesawan ditata sebaik Penang, gue yakin gue bakal betah di medan (nggak stress lihat papan iklan dimana-mana yang jadi pendapatan utama bagian tata kota or pertamanan)
Balik ke hotel tempat kami nginep,
receptionisnya ramah. Kamarnya kecil tapi bersih. Ada bed besar dan bed kecil yang pas buat kami berempat. Sedikit susah kalau buat shalat jamaah karena luas kamar terbatas. (rencana kalau kemari lagi nginep di Kimberly yang kamar-kamarnya ngadep jalan)
Malam kami tiba, si kecil nggak bisa tidur. Maklum bunyi kembang api dimana-mana. Jadi dia kepo pengen keluar.
Terpaksa emaknya nahan kantuk nemenin dia keluar sambil beli sikat gigi dan odol yang nggak tersedia di hotel (shampo +sabun+ handuk besar 4 disediain hotel)
Keluar, lihat kembang api dan Nemu mural pertama di depan hotel kami yang terletak disimpang kampung malabar. Yang Nemu kurcaci, matanya emang jeli. Nemu mural, nonton kembang api, lihat yang imlek berdoa di depan toko masing-masing dan jam satu malam baru balik kamar. (kebayang kan besoknya emaknya teller kudu bangun pagi)
To be continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar