Jumat, 15 April 2016

irit atau gaya?

Tadi pulang sekolah ngobrol dengan sesama ibu-ibu yang menjemput anaknya.
Obrolan kali ini seputar anak SMA yang baru saja mengalami kecelakaan di ringroad.
Siswa kelas 3 SMU yang bulan delapan nanti genap berusia 17 tahun.
mengendarai motor matik sepulang volly dengan telinga mendengar musik melalui earphone yang tersambung ke ponsel.
Tidak memperhatikan lalu lintas sekeliling hingga tersambar mobil box dan kaki kanannya harus diamputasi.
Beberapa ibu sempat menjenguk, ibu si anak (sebut saja yuni) menangis dan mengatakan maksud memberi motor untuk menghemat ongkos.
Motor matic bukanlah motor murah, berbeda dengan motor bebek semacam honda legenda. Membeli matic berarti orang tua memiliki kemampuan keuangan yang baik.
ini bukan kecelakaan pertama yang saya dengar, sebelumnya ada serentetan kecelakaan siswa sekolah seperti ini
- anak SMP di aceh berboncengan tiga dan melawan Arus lalu menabrak mobil aparat. Tulang pinggulnya lepas hingga lumpuh dan orang tua menyalahkan si aparat
- anak teman yang duduk di bangku SMP tengkorak kepalanya pecah terlempar ke trotoar karena mengendarai motor dengan kencang.
Tengkoraknya harus dioperasi tiga kali untuk memasukkan tengkorak imitasi dan hingga kini jalannya masih pincang karena motoriknya ada yang tidak sinkron

- sepuluh tahun lalu kakak saya harus berurusan dengan polisi karena seorang anak 14 tahun mengendarai motor dengan kencang dan melanggar lampu merah, menabrak mobilnya dan si anak tewas terlempar ke atas kap mesinnya

Benarkah ini penghematan?
Ini bukan penghematan, melainkan memanjakan anak dan tak mengenalkan arti tanggung jawab
Bahwa untuk mengemudi diperlukan SIM sebagai legalitas bahwa usianya sudah mencukupi

Kalaupun memiliki SIM, 17 tahun bukanlah umur yang menjamin kedewasaan anak. Terlalu banyak ego daripada akal yang digunakan dalam mengemudikan kendaraan

Alasan penghematan sama sekali tidak tepat, karena untuk menghemat anak harus diajarkan berapa rupiah untuk ongkos transportasi + makan dan berapa sisa ditabung.
Dengan begitu anak belajar management keuangan untuk life skillnya di masa depan

Hikmah :
Anak itu titipan, manage dengan baik bukan harus dijejali materi
Ajarkan tentang life skill bukan fasilitasi hidupnya hingga ia tak belajar nilai hidup
Penyesalan selalu datang dibelakang, bukan di depan. Jadi pikirkan baik buruk sebelum menjejali anak dengan fasilitas yang lebih ke arah gaya daripada penghematan

Catatan : dirumah saya memiliki sepeda motor yang menganggur, sengaja tidak saya amanahkan pada si sulung saya yang sebentar lagi SMA.

Karena bagaimanapun ia harus belajar menjadi orang biasa, merasakan bagaimana menunggu angkutan umum, menikmati perjalanannya dan mengamati banyak manusia yang berada di angkutan.

Apa yang bisa dia petik, dia pelajari dan dia rasakan.

Saya tak ingin ia melewati waktu hanya dengan kendaraan pribadi, ponsel, mata dan telinga yang hanya tertuju pada gadget dan mengaburkan ia dari bersosialisasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar