Ini mungkin artikel blog pertama saya yang bukan info lomba atau promo novel :)
Jadi ceritanya gini, pertengahan juni lalu ketua flp sumut nurul fauziah menghubungi saya untuk meminta menjadi pembicara di seminar motivasi menulis yang akan diselenggarakan oleh FLP Sumut.
Waktu pertama kali denger kaget. WHAT jadi pembicara ? Sama sekali belum pernah terpikir oleh saya.
Kenapa ? Karena dari kecil saya nggak terbiasa tampil depan umum. Saya inget, dulu waktu SMP disuruh nulis di papan tulis saya langsung gemeteran. Pas selesai nulis satu baris terdengar sorakan, ternyata tulisan saya menurun kaya papan luncur. Guru yang mungkin menyadari groginya saya langsung menyuruh duduk dan digantikan dengan teman lain.
"Mba pasti bisa.mba harus belajar berani tampil dimuka umum. " nurul fauziah menyemangati.
"Tar kalo gue pingsan pas acara ?"
" ga akan. Aku kan nemenin"
Denger ucapan nurul sedikit adem. Akhirnya jawaban setuju keluar.
H-6 jelang acara, panitia meminta modul seminar nanti.
Modul, saya bener-bener ga kepikir sejauh itu. Walau sudah sering datang ke seminar penulisan saya menganggap sebuah modul dan pembicaranya adalah satu paket yang selalu saya temui di buku-buku teknik penulisan. Saya hanya ingin mengisi dengan sesi tanya jawab yang santai dan yang hadir mendapat resep dapur kepenulisan saya seperti yang mungkin mereka harapkan.
H- 4 nurul ke rumah. Saya mengatakan keinginan saya. Ok nurul bisa terima tapi tetap modul dibutuhkan untuk mengatur alur sesi tanya jawab itu. Maka dibuatlah modul dengan judul 'Tips Komitmen Jadi Penulis' isinya menguraikan tentang niat, praktek, displin, menulis jangan tergantung alat, semangat menulis & terakhir percaya diri menembus media.
6 juli 2014 hari besar itu tiba, bertempat di perpustakaan kota saya duduk di kursi pembicara bersama pembicara lainnya anugerah robby penulis Married Because Allah.
Ketegangan sudah mulai merambati saya ketika duduk dan menghadap audiens. Ditambah cara roby menyampaikan materinya yang bagus membuat saya makin minder.
Tiba giliran saya kekhawatiran saya tak terbendung, keringat dingin menjalari telapak tangan. Saya tak mampu bicara.
Nurul yang menyadari segera memoderatori dan membantu saya untuk tampil rileks. Dari dengan ditiadakannya mik yang membuat saya tegang dan memberi ruang untuk saya berinteraksi dengan audiens seperti yang biasa saya lakukan dengan anak-anak FLP di rumcay atau rumah saya.
40 menit waktu yang diberikan panitia untuk saya bicara akhirnya berjalan tanpa terasa. Saya berhasil menaklukkan ketakutan saya tampil di depan umum dan berbagi ilmu dengan audiens yang memiliki semangat tinggi untuk bisa berkarya di bidang penulisan. Thanks untuk FLP Sumut dan nurul fauziah yang telah memfasilitasi saya untuk bertumbuh lebih dari sekedar dibelakang layar :)
Semangat Mbak Ratna ^_^
BalasHapus