Sebenarnya saya bukan yang suka nyimak berita politik. Kalau bisa menghindari hal-hal berbau politik.
Bukan karena saya golput, tapi saya pikir ga punya efek apapun buat saya.
Itu makanya seumur hidup saya yang jelang 40 ( tahun depan). Saya hanya pernah ikut sekali kampanye tahun 1997 (dari kantor) dan sekali menggunakan hak pilih saya di pemilu capres 2014 (alasannya saya mengaggumi kinerja bapak jusuf kalla memajukan PMI).
Saya pikir cukup itu saja persentuhan saya dengan politik. Namun tahun lalu saya dan anak yang berniat memperdalam agama tak sengaja terjeblos pengajian ormas yang mendoktrin pendirian negara khilafah.
Pikiran saya cuma satu, keluar dari pengajian yang bertentangan dengan ideologi bangsa dan piagam madinah (dan nasibnya kini mirip masyumi yang di non aktifkan pemerintah)
End ? Saya pikir. Saya tak akan menggunakan hak pilih saya tahun depan untuk capres dan caleg.
Alasannya :
Saya mengagumi kedua capres, namun kedua wakil yang dicalonkan tak sesuai harapan saya.
Satu menjual agama sebagai alat untuk menarik massa
Yang satunya terlihat terlalu berambisi dengan jabatan. Awalnya mencalgub, lalu terpilih sebagai wakil gubernur, dan belum terlihat kinerjanya sudah nyaleg cawapres (dahsyat kalau ga bisa dibilang over ambisius)
Kenapa para capres ga nyalonin, hidayat nur wahid, abraham samad atau mahfud md ? (Khawatir gedein anak macan atau kurang populer😮 )
Sorry, itu mungkin pemikiran dangkal saya. Jadi daripada cape sendiri mikir mending golput dan menjauh dari hiruk pikuk politik.
Bener ya menjauh ? Ga bisaaaa ternyata sodara-sodara
Anak sulung saya yang bisnis medsos campaign banyak di cari caleg musim kampanye ini. Dan dia yang masih study, kadang nyuruh saya ngebalesin WA atau DM (dari komputer).
Dari sana saya baru ngerti gimana pemikiran caleg dan bagaimana partai sekarang ( sebagian besar partai tak mewajibkan iuran anggota. Anggaran dari pemilik partai, donatur /pemodal, kader yang mendapat jabatan di pemerintah ataupun kader yang ingin nyaleg) MANTAF GAN 😆
Dan terceburnya saya ngurusin bisnis anak bikin saya kepikiran masuk partai.
Ngebayangin kalau ikut partai idaman bakal bisa nonton rhoma irama gratis😁
Ikut nasdem bisa rajin masuk tivi 😄
Ikut perindo bisa diajak nyanyi2 ama bu liliana😂
Ikut PAN bakal sehati karena saya muhammadiyah
Ikut PDIP bakal ketemu si bolo-bolo tina toon
Ikut Demokrat, bisa belajar fotografi ama bu ani
Dll partai yang maaf belum saya sebutkan satu persatu😁😂😄 ( yakin kalau jadi salah satu kader partai kalian, saya bakal dapet nasi kotak gratis pas rapat😉😉)
Begini nih yang bikin labil milih partai😄😁
Tapi evaluasi diri, saya sendiri buta perpolitikan, kalaupun ikut partai mungkin sekedar untuk deposit bahan tulisan.
Dan karena saya masih mentah, saya akhirnya mutusin masuk partai baru yang isinya anak berandalan 90an. Dulunya dua anak laki di keluarga ini terkenal ga bisa diatur dan elu2 gue2 . Tapi sekarang kelihatan guyup dan rukun sama berniat memperbaiki nama ortunya dengan mempraktekkan profit people mereka untuk masyarakat.
Jadi kedepan kita lihat aja, bakal jadi apa saya sebagai kader dan bakal maju atau gak pemikiran saya dalam ilmu perpolitikan😊
Bukan karena saya golput, tapi saya pikir ga punya efek apapun buat saya.
Itu makanya seumur hidup saya yang jelang 40 ( tahun depan). Saya hanya pernah ikut sekali kampanye tahun 1997 (dari kantor) dan sekali menggunakan hak pilih saya di pemilu capres 2014 (alasannya saya mengaggumi kinerja bapak jusuf kalla memajukan PMI).
Saya pikir cukup itu saja persentuhan saya dengan politik. Namun tahun lalu saya dan anak yang berniat memperdalam agama tak sengaja terjeblos pengajian ormas yang mendoktrin pendirian negara khilafah.
Pikiran saya cuma satu, keluar dari pengajian yang bertentangan dengan ideologi bangsa dan piagam madinah (dan nasibnya kini mirip masyumi yang di non aktifkan pemerintah)
End ? Saya pikir. Saya tak akan menggunakan hak pilih saya tahun depan untuk capres dan caleg.
Alasannya :
Saya mengagumi kedua capres, namun kedua wakil yang dicalonkan tak sesuai harapan saya.
Satu menjual agama sebagai alat untuk menarik massa
Yang satunya terlihat terlalu berambisi dengan jabatan. Awalnya mencalgub, lalu terpilih sebagai wakil gubernur, dan belum terlihat kinerjanya sudah nyaleg cawapres (dahsyat kalau ga bisa dibilang over ambisius)
Kenapa para capres ga nyalonin, hidayat nur wahid, abraham samad atau mahfud md ? (Khawatir gedein anak macan atau kurang populer😮 )
Sorry, itu mungkin pemikiran dangkal saya. Jadi daripada cape sendiri mikir mending golput dan menjauh dari hiruk pikuk politik.
Bener ya menjauh ? Ga bisaaaa ternyata sodara-sodara
Anak sulung saya yang bisnis medsos campaign banyak di cari caleg musim kampanye ini. Dan dia yang masih study, kadang nyuruh saya ngebalesin WA atau DM (dari komputer).
Dari sana saya baru ngerti gimana pemikiran caleg dan bagaimana partai sekarang ( sebagian besar partai tak mewajibkan iuran anggota. Anggaran dari pemilik partai, donatur /pemodal, kader yang mendapat jabatan di pemerintah ataupun kader yang ingin nyaleg) MANTAF GAN 😆
Dan terceburnya saya ngurusin bisnis anak bikin saya kepikiran masuk partai.
Ngebayangin kalau ikut partai idaman bakal bisa nonton rhoma irama gratis😁
Ikut nasdem bisa rajin masuk tivi 😄
Ikut perindo bisa diajak nyanyi2 ama bu liliana😂
Ikut PAN bakal sehati karena saya muhammadiyah
Ikut PDIP bakal ketemu si bolo-bolo tina toon
Ikut Demokrat, bisa belajar fotografi ama bu ani
Dll partai yang maaf belum saya sebutkan satu persatu😁😂😄 ( yakin kalau jadi salah satu kader partai kalian, saya bakal dapet nasi kotak gratis pas rapat😉😉)
Begini nih yang bikin labil milih partai😄😁
Tapi evaluasi diri, saya sendiri buta perpolitikan, kalaupun ikut partai mungkin sekedar untuk deposit bahan tulisan.
Dan karena saya masih mentah, saya akhirnya mutusin masuk partai baru yang isinya anak berandalan 90an. Dulunya dua anak laki di keluarga ini terkenal ga bisa diatur dan elu2 gue2 . Tapi sekarang kelihatan guyup dan rukun sama berniat memperbaiki nama ortunya dengan mempraktekkan profit people mereka untuk masyarakat.
Jadi kedepan kita lihat aja, bakal jadi apa saya sebagai kader dan bakal maju atau gak pemikiran saya dalam ilmu perpolitikan😊