Minggu, 27 Maret 2016

Indonesia X, Self Driving & Dampaknya

Diawal tahun 2016 saya mencoba mengevaluasi hidup saya selama di'Medan' capaian dan kualitas diri apakah sudah seimbang.

Dalam perenungan-perenungan pribadi (saya sadar), kualitas diri dan karya menurun. Kuantitas sebaliknya, saya jadi lebih sering berkumpul pada kegiatan tak penting ( salon, arisan atau gosip) walau anak tetap menjadi prioritas utama.

Pembantu dan budaya rantangan harian mungkin memanjakan saya sehingga saya seperti tak punya tanggung jawab pekerjaan dirumah kecuali mengajari dan mengantar jemput anak.

"Saatnya berhenti" diri saya memperingatkan. Peringatan yang membawa saya untuk mengurangi diri dari berkumpul, aktivitas di gadget, dan kembali pada buku.

Buku, dan koran yang mengulas tentang indonesiax. Saya mengambil kelas Public Speaking pada Awalnya (dahaga ilmu dan kebutuhan sebagai pemateri yang menjadi alasan utama.

Lalu belakangan karena saya merasa sudah bisa beradaptasi dengan cara pembelajaran online, saya mengambil kelas lainnya self driving dan change management.

Dari sini saya seperti disadarkan, bahwa saya hampir menjadi bad driver. Hanya sedikit keteladanan yang bisa saya contohkan dirumah (utamanya hanya dalam  ibadah dan akhlak yang saya ajarkan)

Dalam hal tanggung jawab pekerjaan dirumah sangat minim. Karena itu saya menerapkan management Perubahan.

Memberhentikan pembantu dan rantang harian. Saya sendiri mulai rutin memasak, dan membagi tanggung jawab pada seisi rumah.

Hasilnya ketika saya masuk rumah sakit kemarin, suami dan anak bisa saling bekerjasama mengurus rumah.

Hikmah yang bisa dipetik : terkadang situasi harus dikondisikan terjepit dan terdesak untuk membuat tiap SDM dirumah belajar meningkatkan kualitas diri.











Senin, 21 Maret 2016

don't choice the school from the brosur

Bulan maret ini saya mulai hunting SMK pesantren buat sulung saya.

Referensi google masih 3 ini yang dipertimbangkan

- darunnajah.com
- al falach bandung
- Telkom Darul Ulum Jombang

Lihat web dan brosurnya kayanya bagus. Tapi karena belum survey langsung belum memutuskan mau masukin anak kemana.

Kenapa butuh survey langsung? Belajar dari pengalaman setahun lalu waktu masukin si bungsu ke SD dan hanya melihat brosur kayanya kapok deh.

Brosur bukan jaminan kalau sekolah itu bagus. Brosur hanya memberi gambaran, bukan realitas kurang lebih sekolahnya.

Siapa yang ngira kalo sekolah yang katanya mengembangkan IQ,SQ dan EQ nggak lebih dari kurikulum berat yang dijejali ke murid tanpa kesiapan guru yang nota bene sering gonta ganti.

So, saya masih nunggu schedule suami sama si sulung lapang untuk atur waktu meninjau sekolah.


review SD Darul Ilmi Namorambe

Hampir genap setahun putri saya belajar di sekolah yang saya pikir sudah 'terbaik' (dari brosur dan jarak sekolah)

Nyatanya sekolah ini nggak sesuai harapan saya, mungkin sebagian besar wali murid 1A tempat anak saya belajar.

Wali kelas disini, umi rina-nya ternyata kerap
kali terlambat dan jarang masuk. Jadilah murid kerap ketinggalan bab dari kelas lainnya.

Padahal materi pelajaran, naudzubilahminzalik. Banyak, berat,  seri platinum tiga serangkai yang mungkin cocoknya untuk kelas 3 SD. (TIK dan Bahasa Inggris setingkat saya SMP dulu)

dampak lain dari telat dan sering mangkirnya,
murid kerap kali hanya bermain atau berantem
dikelas. Kasus murid yang BAB di celana pun
terjadi, ada 3 anak yang kerap BAB dikelas (menunjukkan guru kurang mengajarkan toilet training atau sama sekali tak berempati)

Dan yang jadi ganjalan, terlambatnya anak menerima materi seolah disengaja sehingga murid terdesak untuk les ( hasil evaluasi yang les hanya terbantu rangking bukan
terasah kemampuannya)

Buruknya, karena anak saya nggak les kadang kurang satu huruf jawabannya misal benda langit malam hari

Answer : bintan (langsung disalahin)

Nasib-nasib, kalo liat sekolah dari brosur.
Ginilah jadinya, buat pelajaran dan mulai
nimbang pindahi atau nggak kelas dua nanti


Minggu, 06 Maret 2016

Weekend di Pantai Sri Mersing

Hari minggu ini sebenernya rencana nganter si kecil main in line skate di Lapangan Merdeka. Tapi dilalah, neng rara yang mau main in line skate bangun  jam 08.00 yang jelas udah bakalan terik kalo sampe sana.

So where we go ? Mall udah biasa. Mau ke Brastagi kejauhan. Kepikir ke Pantai Sri Mersing.


Udah dua kali sih kesini, pertama kesorean dan tanpa si sulung. Bawaannya ga seru kalo ga komplit berempat, jadi balik cepet.

Kedua, udah berempat. Tapi kepagian, jadi laut masih surut. Masih bisa jalan-jalan sampe lima ratus meteran ke tengah laut. Lihat dari deket camar yang nyari kepiting kecil.

Dan ini akan jadi ketiga kalinya kami kesana.


Letak pantai Sri Mersing di Desa Kuala Lama, Kecamatan Pantai Cermin sekitar 48 km dari Medan

Jalan sepanjang Perbaungan lebar dan mulus, dengan arus lalu lintas yang lancar.

Memasuki wilayah Serdang Berdagai menuju Desa Kuala Lama infrastruktur masih seadanya. Jalan sempit dan belum tertata untuk pariwisata jangka panjang.

Tiba disana pengunjung dikenakan biaya tiket masuk per orang Rp. 5000 dan kendaraan Rp. 3000

Pantai memiliki pasir putih yang indah dengan pondok-pondok bersantai yang disewakan Rp. 40.000 / per pondok


Sayang, kebersihan kurang dijaga. Sampah dimana-mana dan laut keruh kecoklatan.



Seandainya dinas pariwisata sumut konsen pada pembenahan infrastruktur dan tata kelola tempat wisata mungkin akan semakin banyak wisatawan yang akan datang berkunjung.


So far, untuk saat ini pantai mungkin hanya bisa dinikmati pemandangannya dan pasirnya untuk anak-anak bermain. Belum untuk berenang dan berjemur seperti di Kuta Bali.