Senin, 31 Agustus 2015

Display rokok di depan bukan berarti priority customer



Pernahkah anda mengalami ? Sedang antri di minimarket atau pusat perbelanjaan lalu diselak antriannya oleh orang yang membeli rokok.

Hanya satu atau dua bungkus rokok!!! *tolong dicatat, bukan satu gerobak rokok.

Saya pernah mengalami, dua kali. Dan yang kedua terjadi hari ini. Saya membeli beras dalam kemasan 5kg dan diselak oleh seorang bapak usia empat puluhan yang membeli rokok. Alasan si bapak : " saya cuma beli rokok"

Cuma? Kalau mata saya buta iya dia bisa bilang cuma rokok. Tapi rokok + zipo itu berarti dua, bukan cuma (satu)

Kalau memang mau hitung-hitungan 'cuma', saya  jelas hanya belanja satu item : beras 5kg (kecuali  butir beras di itung per biji di Kasir, baru saya salah)

Ketika saya kemukakan pendapat saya " Kasir yang duluin" itu pembelaanya.

Kasir dan bapak itu nyengir, menyengirkan entah kebodohan mereka atau menutupi rasa malu mereka.

Tapi perlu digaris bawahi, Kasir akan tampak idiot kalau mendahulukan customer rokok dibanding customer lain yang nominal belanjaannya lebih banyak (kecuali Kasir menerima insentif dalam tiap bungkus rokok yang terjual)

Kalau enggak buat apa, cuma dibodohi Industri dan tempat anda bekerja!

Okelah, rokok membayar display depan (yang jelas paling mahal dari display lainnya). Tapi bayarnya ke siapa ? ke mini market dan swalayan bukan pramuniaga.

Diuntungkan? Nggak, dirugikan iya kalau nggak ada insentifnya untuk nambahin uang transport dan biaya makan siang anda. Buat apa anda di Kasir bela-belain perokok yang jelas -jelas merugikan lingkungan sekitar yang terpapar asapnya

*please, berpikir saat bekerja. Pramuniaga bukan robot yang menjaga display priority tanpa mendapat benefit apapun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar